Mengawali artikel ini, penulis ingin mengirim ucapan terima kasih kepada Bapak Nadiem Makarim atas jasa dan berbagai kebijakannya selama menjabat sebagai Menteri Kemendikbud RI periode 2019-2024. Penulis sangat mengapresiasi keberanian beliau membuat keputusan atas perombakan besar-besaran terhadap Kurikulum saat pandemi terjadi dan masih berlaku hingga sekarang.
Kurikulum Merdeka merupakan titik balik sistem pendidikan Indonesia yang lebih modern dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Bagaimana tidak, guru dan sekolah mendapat kebebasan penuh dalam menentukan alur cara belajar mengajar menjadi lebih fleksibel mengikuti kebutuhan belajar para murid. Meskipun kenyataan di lapangan masih ditemukan banyak tantangan yang dihadapi, tetapi terbukti berefek positif pada hasil belajar yang meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Data yang dilansir dari laman detik.com, ditemukan bahwa skor UTBK 2024 pada siswa SMK Kurikulum Merdeka lebih tinggi dari siswa SMK Kurikulum 2013, yaitu berturut-turut 522,21 dan 509,79. Ditambah lagi dengan data yang menerangkan bahwa jenjang SMK sebanyak 8,96 persen (9.473 orang) siswa Kurikulum Merdeka diterima di prodi tujuan, sedangkan 8,23 persen (22.453 orang) siswa Kurikulum 2013 diterima di prodi tujuan. Selain itu, skor kemampuan numerasi meningkat pada sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka.
Pencapaian-pencapaian tersebut perlu diapresiasi karena menampilkan bagaimana sistem pendidikan Indonesiaperlahan bergerak maju. Hal ini juga menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka dinilai efektif memberdayakan kemampuan belajar siswa secara akademik dan non-akademik. Meskipun di akhir masa jabatan, Bapak Nadiem masih menyisakan banyak tugas untuk implementasi Kurikulum Merdeka lebih inklusif, seperti sistem pembelajaran yang kurang optimal, kesiapan tenaga pengajar, persiapan kurikulum yang lebih matang, kurangnya pelatihan terkait kurikulum merdeka, penerapan kurikulum yang belum merata, dan lain sebagainya. Semoga dilanjutkan oleh para pemangku jabatan selanjutnya.
Kurikulum Merdeka Mengimbangi Tantangan di Era Pendidikan Maju
Sistem Pendidikan yang teruji dan terpercaya, hendaknya mengikuti perkembangan jaman agar mampu bertahan dan beradaptasi terhadap kebutuhan para murid. Supaya hal tersebut dapat tercapai, maka diperlukan penetapan Kurikulum Pendidikan yang relevan dengan tantangan global. Implementasi Kurikulum Merdeka menjawab kebutuhan ini.
Metode belajar konvensional "duduk diam dengar", tidak lagi relevan diterapkan pada masa kini. Sebaliknya, penting bagi para murid untuk lebih aktif terlibat, sehingga mampu mengenali dan mengekspresikan apa yang menjadi peluang dan tantangan dalam proses belajarnya. Kurikulum Merdeka yang berpusat pada murid menjadi langkah awal terjalinnya komunikasi dua arah yang memungkinkan guru lebih memahami kebutuhan belajar murid.
Selain itu, Kurikulum Merdeka juga membuka kesempatan bagi proses belajar yang lebih open-minded. Guru tidak kaku atau terpaku pada kurikulum resmi, tetapi mengandalkan eksplorasi lebih luas dan mendalam pada kegiatan mengajar. Hal ini bermanfaat memperkaya pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) murid yang berdampak pada peningkatan kompetensi hasil belajar.
Kurikulum Merdeka yang berpusat pada siswa atau Student Center Learning (SCL), sejatinya merupakan gagasan baru yang sudah sangat lama perlu diterapkan pada sistem pendidikan sekolah publik. Keluwesan berpikir, kecakapan komunikasi, keterampilan sosial, manajemen emosi, keterampilan interpersonal, dan keterampilan lainnya yang dibutuhkan dalam dunia kerja sangat mungkin tercapai jika diterapkan metode SCL.