Lihat ke Halaman Asli

Selly Mauren

TERVERIFIKASI

Penulis lepas

Akibat Mengurung Anak di Dalam Rumah

Diperbarui: 12 Agustus 2024   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak sedang menonton di dalam rumah. Photo by Ksenia Chernaya from Pexels.com

Pernahkah anda melihat seorang anak kecil yang sering dikurung di rumah? 

Jika anda berpikir mengurung dalam arti hukuman kepada anak yang memberontak maka anda salah paham. Maksud utama dari judul artikel ini adalah mereka yang sedikit berinteraksi atau jarang terlihat di lingkungan seperti tetangga, teman sekomplek, dan komunitas lainnya. 

Berdasarkan pengamatan penulis, kebanyakan dari anak-anak tersebut telah disediakan berbagai fasilitas oleh orangtua sehingga tidak perlu repot-repot keluar rumah karena semuanya telah tersedia. 

Sangat bisa dipahami bahwa sebagai orangtua memiliki banyak kekhawatiran apabila berada jauh dari anak misalnya karena urusan pekerjaan. Memastikan anak berada di tempat yang aman merupakan cara orangtua untuk menjaga kewarasannya sendiri. 

Rumah merupakan salah satu tempat yang aman dan familiar bagi anak. Dengan mengetahui anak berada di rumah dan didampingi oleh orang yang dipercaya, membuat orangtua lebih tenang beraktivitas. Namun, apakah itu merupakan tindakan yang tepat dengan membatasi ruang interaksi anak? 

Menjawab hal tersebut, maka artikel ini ditujukan untuk memberikan informasi kepada orangtua mengenai ancaman dan solusi terhadap strategi orangtua yang anaknya sering menghabiskan waktu di rumah daripada berinteraksi dalam lingkungan sosial lebih luas. 

Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan seorang anak laki-laki berusia 4,5 tahun. Dia sangat senang menonton youtube sambil teriak berlari mengelilingi rumah. Apabila gagdet nya diambil, maka ia akan tantrum. 

Di saat rumahnya kedatangan tamu, ia cenderung mengabaikan dan tidak tampak ketertarikan untuk berinteraksi. Singkatnya, ia menikmati dunianya sendiri. 

Di tengah obrolan tamu, teriakan anak tersebut membuat keributan. Ada kalanya ia ingin mencari perhatian, tetapi dengan cara yang mengganggu seperti berteriak di kuping orang lain atau mengambil barang orang lain secara tiba-tiba dan tanpa izin.

Setelah saya bertanya lebih jauh, ternyata bagi orang-orang yang  sudah sering bertemu dengan anak tersebut mengatakan bahwa sudah banyak perubahan. Meskipun menurut saya yang baru bertemu, tingkahnya masih cukup mengganggu. Mungkin bagi orang lain perilaku anak tersebut dinormalisasi dengan alasan "kan masih usia segitu. Seiring berjalannya waktu pasti dia akan mengerti dengan sendirinya". Pernyataan ini tidak salah, tetapi jangan sampai menjadi patokan untuk tidak memberikan dasar pengetahuan cara berperilaku pada anak saat bertemu dengan orang banyak.    

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline