Lihat ke Halaman Asli

Selly Mauren

TERVERIFIKASI

Penulis lepas

4 Sekawan Kampung Sukameriah

Diperbarui: 17 April 2024   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi 4 sekawan. Photo by Vija Rindo Pratama. Pexels.com  

Pada tanggal 25 Maret 1990, waktu menunjukkan pukul 3 pagi. Komplek Sukameriah dimeriahkan dengan hebohnya empat wanita yang akan segera melahirkan dalam waktu berdekatan. Pada saat itu hanya ada satu bidan kampung yang siap bertugas. Sedangkan bidan lainnya sedang dinas malam di rumah sakit. Paniknya para suami kemudian menggendong masing-masing isterinya menuju ke rumah Bidan Atun dan dijejerkan di ruang tamu. Proses persalinan berlangsung sangat heboh dengan dibantu oleh hanya beberapa tetangga.

Setelah selesai melahirkan, para orangtuanya kompak menamai anak-anak mereka dengan inisial yang sama. Bara, Beni, Bimo, Beatrice itulah nama para bayi yang kemudian dikenal sebagai 4 sekawan kampung sukameriah. Sejarah 4 sekawan sangat terkenal sampai di kampung seberang. Selain karena kisah kelahiran mereka yang unik, geng 4 sekawan terkenal bersahabat sangat dekat dan kompak.

Beatrice sebagai satu-satunya perempuan di geng tersebut diwajarkan berteman dengan ketiga sahabat prianya karena masyarakat telah memandang mereka seperti saudara kandung. Sejak kecil para Ibu mereka kompak mendandani anak-anaknya dengan kostum yang sama, hingga liburan keluarga pun sering dilakukan bersama.

Waktu berlalu begitu cepat. Kini 4 sekawan berusia 19 tahun. Usia yang dianggap dewasa dan sebentar lagi mereka akan mengakhir masa remaja. Namun, jiwa mereka sebagai anak remaja yang konyol tidak hilang begitu saja. Apalagi, saat mereka menghabiskan waktu bersama.

"Ice, main yuk. Kita tunggu di tempat biasa", teriak Bara, Beni, dan Bimo di depan rumah Beatrice. Kemudian berlalu menuju markas pelarian yang mereka namakan Asgil (Asrama Gila). Tepat di bagian tembok markas Asgil yang adalah bekas poskamling tertulis "Asrama Gila: Orang waras dilarang bergabung".

Tidak lama setelah mereka tiba, Ice menghampiri sambil berteriak "woy, udah berapa kali gue bilang panggil gue Trisa. Gue kan mau rubah image jadi cewe cantik elegan. Stop panggil gue Ice. Ngerti ga lo semua", gerutu Ice disambut canda sahabat-sahabanya "Ga! hahahaha".

"Gue lapar nih. Beli Lotek di Kong Gelong enak nih", cakap Bara. Moto geng Asgil adalah apapun taruhannya hompimpa jalan keluarnya. Mereka pun menentukan siapa yang akan pergi membeli dengan bermain hompimpa. "Hompimpa alaium gambreng", hasilnya Bimo kalah dan ia pun pergi ke warung Kong Gelong.

Sekembalinya dari warung, Bimo menenteng dua plastik. Masing-masing berisi 1 bungkus lotek dan 2 es teh manis. "Lah, kok cuman segini. Mana kenyang gua", protes Beni. "Kalo mo protes ga usah makan", ancam Bimo. Akhirnya, mereka saling berbagi lotek sambil bercakap-cakap. Kecuali Ice yang telah makan siang lebih dulu di rumahnya.

Beni dengan sok bijaknya berkata, "Ce, lo tuh ngapain sih ganti nama segala. Ingat orangtua lo kasih nama tuh ada doanya. Kualat lo sama orangtua" diikuti dengan Bimo dan Bara mengangguk setuju. Ice kemudian membalas dengan raut wajah mengernyutkan dahi tanda tak peduli sambil meneguk es teh manis.

Dulu saat menamai 4 sekawan, para orangtua berdiskusi panjang untuk mencari arti nama yang bagus. Arti dari nama Beni adalah helai rambut dengan harapan bahwa rezekinya akan melimpah seperti rambutnya yang tebal saat ia lahir. Bara artinya bebas dengan harapan bahwa ia akan menjalani kehidupan yang baik sesuai dengan apapun yang dicita-citakan. Arti nama Bimo adalah pemberani dengan harapan ia akan bertumbuh menjadi pribadi yang berani mengahadapi segala tantangan. Terakhir, Beatrice yang berarti penjelajah. Harapan orangtuanya adalah Ice menjadi anak yang sukses dan akan keliling dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline