15 tahun sudah Kompasiana berkiprah sebagai wadah bagi penulis dan jurnalistik. Platform yang sangat saya sayangkan baru diketahui awal tahun 2023. Kemana saja saya selama ini?
Anyway, tentu tidak mudah sebuah platform blog terbesar di Indonesia mempertahankan eksistensinya hingga saat ini. Ditengah arus digital yang semakin menguat, Kompasiana mampu bersaing dengan platform media sosial lainnya.
Ungkapan hormat saya kepada Kompasiana yang dengan sangat mudahnya memberikan akses kepada penulis dan jurnalis pemula. Menyediakan berbagai fitur bermanfaat, mudah digunakan, serta berperan krusial menyediakan ruang komunitas online antar penulis dengan berbagai latar belakang keahlian.
Perjalanan saya sebagai penulis pemula di Kompasiana diawali dengan pasang surut. Hal yang wajar dialami oleh sebagian besar penulis. Terkadang ada perasaan tidak puas dengan hasil karya. Terintimidasi dan pastinya belajar banyak dari cara penulisan kreator lainnya dengan style masing-masing.
Melalui Kompasiana, saya mendapatkan pengalaman luar biasa sebagai penulis yaitu apresiasi dari para kreator. Saling memberikan komentar dan berbagi pengalaman ternyata sangat membantu menumbuhan semangat saya menulis.
Melalui Kompasiana, tulisan saya dapat menjangkau lebih banyak orang. Efek dari apa yang saya sampaikan dalam artikel atau karya tulis lain dapat tersampaikan secara luas.
Hingga saat ini saya telah berhasil menerbitkan 72 karya tulis dengan pembagian 49 artikel pilihan dan 7 artikel utama. Angka statistik diatas tentu masih jauh jika disandingkan dengan kreator lain. Namun, sangat bermanfaat bagi saya memonitori jumlah pertumbuhan viewers dengan informasi artikel yang diunggah.
Saya tidak tahu apakah kreator lain mengalami apa yang saya alami atau tidak. Keunikan viewers artikel yang saya unggah pada kategori fiksi cenderung lebih tinggi dibandingkan kategori lain. Padahal target sasaran dari artikel saya adalah edukasi tentang dunia pendidikan anak. Apakah ada yang mengalami hal yang serupa?
Anehnya lagi saya menjadi bertanya-tanya. Apakah saya lebih mampu menulis fiksi daripada informasi berita? Hmmm.. menarik juga krisis identitas profesi penulis yang sedang saya geluti ini.