Setiap generasi memiliki ciri khasnya sendiri. Karakter, cara berpikir, motivasi, kepribadian, dan usaha untuk mencapai sesuatu pun berbeda.
Uniknya, setiap generasi cenderung menilai kekurangan dan kelebihan dari generasi yang berbeda dengannya.
Terkadang rasanya seperti terjadi permusuhan dikarenakan banyak perbedaan yang menjembatani mereka. Misalnya perbedaan generasi orangtua-anak, atasan-pekerja, guru-murid, dan lain sebagainya.
Berbagai perbedaan tersebut jika tidak dikomunikasikan dengan baik, maka akan sulit mencapai pemahaman di titik yang sama.
Akibatnya, rawan terjadi perbedaan pendapat dan pandangan tentang banyak hal yang berdampak pada hubungan kerjasama tidak sehat. Padahal generasi muda tidak lebih buruk dari apa yang dipikirkan oleh generasi usia matang dan sebaliknya.
Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, anak-anak gen z dan setelahnya diperkirakan lebih inovatif, kreatif, dan memiliki problem solving lebih baik.
Hal ini dikarenakan mereka difasilitasi oleh teknologi modern dan perkembangan ilmu pengetahuan yang lebih komprehensif, sehingga adaptasi kultur mereka pun menjadi relevan dengan perkembangan zaman.
Misalnya, pengalaman sebagai konten kreator yang sangat dibutuhkan sebagai marketing produk ke publik. Konten kreator saat ini dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa ada batasan usia asalkan memiliki followers dan engagement tinggi di sosial media.
Perbedaan kultur ini lah yang membuat generasi milenial dan sebelumnya tidak memungkiri bahwa sangat membutuhkan tenaga kerja gen-z.