Disleksia adalah gangguan belajar ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, dan mengeja. Disleksia disebabkan oleh kelainan pada otak saat memroses bahasa.
Anak disleksia mengalami kesulitan membedakan bentuk dan bunyi pelafalan huruf dan angka, sehingga sering tertukar antara huruf yang memiliki kemiripan seperti "b dan d"atau angka "8 dengan huruf B".
Meskipun begitu anak dengan disleksia mampu memahami maksud dari perkataan secara lisan atau melalui visualisasi gambar. Kesulitan lainnya yang dialami oleh pembelajar disleksia yaitu mengingat kata. Tidak heran jika perbendaharaan kata mereka lebih sedikit daripada anak seusianya.
Membiasakan anak disleksia memelajari bahasa yang mudah untuk dipahami dan konsisten menggunakannya dalam komunikasi sehari-hari sangat efektif membantu pemahaman bahasanya.
Otak manusia terdiri atas dua hemisfer yaitu kiri dan kanan. Keunikan pada pembelajar disleksia adalah bagian otak mereka yang dominan adalah bagian kanan. Otak bagian kanan bekerja pada bidang kesenian, musik, kreatifitas,visual, intuisi, dan emosi.
Berdasarkan informasi ini, maka sebagian besar pembelajar disleksia mengandalkan kreatifitas dan visualisasi gambar sebanyak mungkin untuk membantu eksplorasi mereka terhadapi dunianya.
Metode belajar apa yang sesuai?
Pembelajar disleksia mengutamakan simbolisasi dan imajinasi dalam proses memaknai dunianya. Sebab itu, cara belajar di sekolah formal yaitu duduk tenang, memperhatikan, dan mendengar kurang efektif menunjang proses belajar pembelajar disleksia. Metode belajar yang sesuai untuk pembelajar disleksia yaitu :
- Menggunakan visualisasi gambar dan menggunakan teknik sensori. Kegiatan belajar dengan cara hands on atau praktik langsung seperti membuat eksperimen, bermain pasir, membentuk clay, menggambar, mewarnai dan lain sebagainya adalah contoh kegiatan belajar yang seru dan menyenangkan bagi mereka.
- Brainstorming. Perbanyak diskusi dalam kelompok keci. Anda akan terkejut dengan kemampuan disleksia menyampaikan pendapat dan pikirannya. Berikan mereka banyak ruang untuk mengungkapkan pikirannya secara lisan karena mereka kesulitan mengekspresikannya secara tertulis. Mereka mungkin mengalami kesulitan merangkai kata. Disinilah peran guru dan orangtua membantu mereka mengasah dan mengatur pikirannya.
- Berikan tugas yang bervariasi seperti pengerjaan poster, lukisan, atau membuat komik sebagai cara mereka mempresentasikan hasil kerjanya. Pembelajar disleksia lebih aktif dan antusias belajar di ruangan terbuka daripada sekedar di dalam kelas.
- Sediakan waktu istirahat di tengah-tengah pelajaran. Lakukan ice breaking seperti mendengarkan musik untuk menstabilkan kerja otak dan membantu mereka tetap fokus di kelas.
- Gunakan flash cards. Kartu bergambar efektif membantu menambah perbendaharaan kata mereka dan membantu melancarkan komunikasi. Selain itu simbolisasi seperti angka 4 disimbolkan dengan bentuk kursi, angka 2 disimbolkan dengan angsa, huruf J disimbolkan dengan gambar tongkat dan lain-lain merupakan metode belajar yang bermanfaat bagi mereka.
Gaya belajar pembelajar disleksia