Lihat ke Halaman Asli

Selly Mauren

TERVERIFIKASI

Penulis lepas

Masalah dan Cara Mengatasi Kebiasaan "People Pleaser"

Diperbarui: 13 Mei 2023   02:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pertemanan. (sumber: Freepik_jcomp via kompas.com) 

Suatu waktu saya bertemu dengan seorang mahasiswa yang mengeluh sering merasakan sakit fisik di bagian kepala dan sistem pencernaannya setelah ia mulai kuliah. 

Uniknya, setelah melakukan pemeriksaan hasilnya normal. Kemudian saya bertanya bagaimana perbedaan yang dialami setelah kuliah. Ia kemudian menceritakan bahwa tuntutan dan beban belajar jauh lebih berat saat kuliah. 

Ia merasa tidak mampu meskipun sudah berusaha, tertekan, takut, cemas, khawatir, dan perasaan mencekam lainnya. Ditambah dengan harapan keluarga yang mengharuskan dirinya lulus kurang dari 4 tahun. 

Disatu sisi ia ingin membahagian orangtua dan sisi lainnya ia enggan menceritakan kesulitannya karena tidak ingin membuat orangtuanya khawatir. Ini adalah salah satu contoh dari sekian banyak kasus yang menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan mental. 

Peran kesehatan mental telah menjadi viral seiring berkembangnya sosial media. Banyak yang menyuarakan pentingnya kesehatan mental mulai dari figur terkenal sampai dengan orang biasa. 

Lalu apa itu kesehatan mental? Kesehatan mental adalah kestabilan kondisi pikiran, perasaan, dan perilaku manusia. Berbeda dengan sakit fisik, tidak ada obat khusus yang bisa menyembuhkan sakit mental. Sebaliknya diri kita yang bertanggungjawab menjaga kesehatan mental itu sendiri. 

Menjaga diri berada dalam lingkungan yang sehat dan memberikan dampak positif adalah cara jitu menjaga mental health. Tidak heran seiring bertambahnya usia banyak yang berpendapat "I'd rather be with 1 or 2 than hundred of friends". 

Mungkin ini lah cara mereka untuk merasa damai dan bahagia dengan dirinya sendiri. Mengatur batasan pribadi tentang siapa yang boleh dan tidak boleh berhubungan lebih dalam atau siapa orang yang bisa dipercaya berbagi rasa dan pikiran. 

Bahkan sejauh mana terjalinnya hubungan kedekatan dengan masing-masing orang di keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat main, komunitas, dan lain sebagainya. 

Mengapa batasan pribadi tersebut diperlukan? Sejak kecil tanpa disadari kita telah didoktrin menyenangkan orang lain. Etika dan sopan santun seperti mengutamakan kepentingan orang lain adalah contohnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline