Patah hati.
Sakit? Memang.
Aku mencoba selalu tak melihat dari sisi aku.
Aku mencoba memahami bahwa rasamu yang ada tak mampu lagi untuk dibendung sehingga membutuhkan orang lain untuk berbagi.
Aku tahu itu dan aku sangat paham.
Aku mencoba memahami bahwa khilaf bisa selalu hadir kapanpun. Entah saat kau dan kita berbicara, entah saat kau dan kita saling berjanji untuk saling kembali, entah saat kau melibatkan gerak untukku untuk mewakili kata yang hendak kamu ucapkan.
Aku terhenyak mendengar semuanya.
Bagaimana bisa?
Aku diam sesaat lalu menangis.
Menyesal? Untuk apa?
Rasa sesal memang selalu datang ketika apa yang pernah kita berikan ternyata tidak selalu seperti yang dia butuhkan.