Kota Tarakan merupakan salah satu kota yang berupa pulau dari Kalimantan yang berprovinsi di Kalimatan Utara. Tarakan sendiri dikenal sebagai kota terbesar dari provinsi itu sendiri. Kota ini juga dikenal dengan sebutan Kota BAIS (Bersih, Aman, Indah Sehat dan Sejahtera).
Singkatnya, nama Tarakan terbentuk dari bahasa Suku Tidung yang "Tarak" berartikan bertemu dan "Ngakan" yaitu makan. Hal ini dikarenakan pulau ini sering digunakan sebagai persinggahan para nelayan untuk istirahat makan atau melakukan kegiatan barter dari hasil tangkapan laut mereka.
Suku Tidung sendiri dikenal sebagai bagian dari salah satu suku Dayak yang merupakan suku asli dari penduduk Kalimantan. Namun yang berbeda dari suku ini sendiri adalah suku Dayak rumpun Murut (Suku Dayak Sabah) ini sudah bercampur dengan kepercayaan Muslim dan membentuk kerjaan Islam. Hal ini membuat suku ini dikenal dengan suku yang beradatkan Melayu.
Kerajaan Tidung sendiri sudah tidak ada lagi bersamaan dengan masa kejayaannya yang sudah luntur namun Tarakan menghadirkan kembali sosok kerjaan itu lagi. Hal ini ditunjukkan dari berdirinya replika dari kerajaan Tidung sendiri untuk mengenang masa-masa kerajaan Tidung. Bangunan ini dibangun menggunakan Kayu Ulin yang merupakan kayu kuat yang umum digunakan oleh orang-orang Kalimantan.
Rumah Adat Baloy Tidung ini diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Timur pada tanggal 4 Agustus 2006 dimana saat itu Tarakan masih merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Timur.
Tidak hanya replika dari bangunan Arsitekturnya saja, melainkan interiornya juga disajikan dengan keadaan seperti kerajaannya dahulu. Pada interior Rumah Adat Baloy Tidung ini diciptakan dengan menghadirkan kembali singgasana bagi Raja Suku Tidung.
Singgasana ini dipercayai selalu diisi oleh Raja dari kerajaan Tidung terdahulu dengan ditemani oleh pengawal-pengawalnya. Tidak lupa pada bagian singgasana diberi beberapa guci tua untuk mendukung interior tersebut.
Tidak hanya itu, saat memasuki ruangan ini kita akan disuguhkan berbagai macam barang peninggalan atau koleksi yang mewakili dari Suku Tidung itu sendiri. Dimulai dari alat perang, cambuk, alat musik khas Suku Tidung.
Alat perang yang biasanya digunakan oleh Suku Dayak dikenal sebagai Mandau. Senjata ini dikenal dengan kesaktiannya dalam perang dan ditakuti oleh masyarakat-masyarakat.
Suku adat Tidung ini sendiri ini memiliki alat musik khas. Dimana terdapat Gong dengan pahatan naga di atasnya dan gambus yang disajikan di Rumah Adat Baloy Tidung ini.