Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga untuk membentuk karakter individu. Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, membangun karakter yang kokoh pada generasi muda menjadi lebih penting dari sebelumnya. Salah satu pendekatan yang efektif untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendidikan berbasis nilai. Pendidikan berbasis nilai mengintegrasikan prinsip-prinsip moral dan etika dalam proses pembelajaran, dengan tujuan membentuk pribadi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berbudi pekerti luhur.
Secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung pada kehidupan sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Defenisi dari "The stamp of individually or group impressed by nature, education or habit." Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Sementara itu pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah "bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak". Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak". (Tadkiroatun Musfiroh , 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitude), perilaku (behavior), motivasi (motivation) dan keterampilan (skill).
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action), tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan serta mampu membedakan satu dengan lainnya.
Mohammad Nuh (Mendiknas) dalam peringatan Hardiknas tahun 2010 mengatakan bahwa Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan seseorang menjadi cerdas. Pendidikan juga untuk membangun budi pekerti dan sopan santun dalam kehidupan.
Pendidikan karakter sebaiknya diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan yang holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, acting the good. Pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good) mudah diberikan karena bersifat kognitif. Setelah knowing the good perlu ditumbuhkan perasaan senang atau cinta terhadap kebaikan (feeling the good).Selanjutnya, feeling the good diharapkan menjadi mesin penggerak sehingga seseorang secara suka reka melakukan perbuatan yang baik (acting the good). Penanaman dengan model seperti itu, akan mengantarkan seseorang kepada kebiasaan berlaku baik.
Akan tetapi, dalam penanaman pendidikan karakter yang utama adalah keteladanan.Orang tua memberikan contoh perilaku yang positif kepada anak-anaknya, Di karenakan karakter seseorang ternyata juga dipengaruhi oleh gen yang diturunkan dari orang tua. Meskipun gen hanya sebagai salah satu faktor pembentuk karakter, tetapi orang tualah yang memiliki peluang terbesar dalam pembetukan karakter seseorang. Gen merupakan faktor penentu yang pertama melekat dalam diri seseorang. Jika tidak ada proses selanjutnya yang memiliki pengaruh yang kuat, maka genetis inilah yang akan menjadi karakter sesorang.
Sedangkan peran guru memberi contoh kepada anak didiknya. Sementara itu, para pemimpin memberikan teladan karakter yang baik kepada masyarakat. Tidak lepas pula peran dari kepala sekolah sebagai leader (kepemimpinan) dan harus mempunyai keterampilan manajerial dan akademik sangat diperlukan. Keterampilan manajerial lebih difokuskan pada administrasi dan pemberdayaan sumber daya yang ada di sekolah, Keteramilan akademik fokusnya yaitu bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di sekolah.
kunci kemenangan suatu negara dalam kompetisi di era globalisasi adalah kemampuannya mengelola dan memberdayakan sumberdaya manusia (SDM) sehingga memiliki keunggulan : berintelektual hebat, memiliki fisik yang sehat dan kuat, memiliki skill dan kompetensi unggul, memiliki jiwa kewirausahaan yang tangguh (wonderful), serta berkarakter (mental, kecerdasan emosi dan spiritual) bagus (kindness).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H