Ciplukan yang dikenal sebagai tanaman liar tumbuh sendiri di area pesawahan, dikebun, ditepian sungai,maun disemak-semak.memiliki nama latin Physalis angulata L. Ciplukan merupakan tanaman tradisional yang sudah dikenal dari zaman dahulu sebagai obat herbal.
Memiliki nama yang berbeda-beda di berbagai daerah, yakni morel berry (diInggris),Ceplukan (diJawa),Cecendet (di Sunda), Keceplokan (di Bali), dan leletokan (di Minahasa). Terdapat banyak sekali zat senyawa yang berperan penting untuk kesehatan tubuh manusia. Mengandung anti fibrosis organ (fibrosis yang sangat sulit dikendalikan) yaitu fibrosis hati & paru, anti inflamasi, anti Hepatitis.
Menurut penuturan Dr.Sumartini Dewi Sp,PD sub Reumatologi dari RS.Hasan Sadikin di Bandung "Bahwa terdapat senyawa Etanol yang dapat mengobati fibrosis pari dan hati, mengandung Imunosupressan, dan sebagai anti inflamasi.
Tingginya Antioksidan yang dapat melindungi dan memperbaiki kerusakan sel akibat paparan radikal bebas. Membantu mencegah penuaan dini,mengobati rematik kronik, menjaga kelembabapan kulit, dan juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Hasil penelitian dari University Bonn diJerman, Manfaat dari buah ciplukan juga sebagai anti kanker yang tidak kalah efektif dari buah lainnya.
Senyawa Fenolik pada ciplukan dapat melawan perkembangan sel kanker,baik itu kanker payudara maupun kanker usus besar. Ciplukan juga sangat dianjurkan kepada para penderita Autoimun yang kebanyakan kasusnya juga terdapat fibrosis paru kronik/ILD, karena banyak sekali zat senyawa yang bagus untuk pembentukan sel yang rusak.
Hingga saat ini para tim peneliti di UNPAD beserta tim dari dr. Sumartini Dewi, SP PD, sub Reumatologi melakukan terus percobaan dan berusaha mendapat sertifikasi resmi dari farmasi agar penemuan gagasan ekstrak ciplukan dalm bentuk kapsul dapat di produksi secara masal dan dapat dipasarkan secara legal,serta mendapat penghargaan secara nyata.
Terutama para penderita Autoimun agar dapat segera mendapat terapi dampingan obat yang efektif, mengingat jenis penyakit autoimun yang kronik, langka dan belum ditemukan obatnya sampai saat ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI