Penguatan isu budaya global dengan masuknya berbagai ideologi asing yang disebabkan oleh keterbukaan informasi merupakan tantangan Pancasila di zaman sekarang ini. Meletakkan Pancasila sebagai sistem filsafat akan membentuk alam pikiran bangsa sesuai dengan nilai-nilai budayanya yang dapat mempertahankan harkat dan martabat bangsa Indonesia yang merdeka.
Bacaan Sebelumnya: Pancasila sebagai Akal Perisai Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Sistem filsafat Pancasila sebagai genetivus-subjectivus digunakan sebagai proteksi terhadap ideologi-ideologi asing yang mengancam kesejahteraan bangsa dan negara melalui tindakan mengkritisi aliran-aliran filsafat yang ada untuk menemukan hal yang sesuai dan tidak sesuai dengan Pancasila.
- Anarkisme
Kekuasaan dan pemerintahan hanya menyebabkan penindasan, menuntut kebebasan dari monopoli kekuasaan serta tidak terikat oleh hukum dan peraturan.
Tidak sesuai dengan sila ke-4. Dalam Pancasila, dari, oleh, dan untuk rakyat direalisasikan dengan peranan rakyat yang boleh menjadi wakil dalam pemerintahan untuk bersama-sama menciptakan kesejahteraan yang rukun dan aman.
- Komunisme
Kepentingan individu tunduk kepada negara untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas dan sistem ekonomi yang maju dengan teknologi serta tenaga yang produktif.
Tidak sesuai dengan sila ke-5, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia karena kurang menghargai posisi manusia sebagai individu yang memiliki kesetaraan hak dan kewajiban.
- Fasisme
Imperialisme, ultranasionalis, militerisme, rasisme.
Mengagungkan kekuasaan absolut tanpa demokrasi yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang dominan di dunia.
Bertentangan dengan semua sila dalam Pancasila yang mencerminkan prinsip demokrasi.
- Konservatisme
Mendukung nilai-nilai tradisional sebagai penguatan orang-orang tertentu dan melestarikan tradisi serta pranata sosial yang sebelumnya sudah ada.