Lihat ke Halaman Asli

Seliara

TERVERIFIKASI

Dentist

Sepucuk Surat untuk Cinta Pertama

Diperbarui: 6 Agustus 2021   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sepucuk surat | Gambar oleh StockSnap dari Pixabay 

Hai ...
Kau datang saat usiaku masih begitu belia
Saat dunia bagiku hanya berwarna hitam putih saja

Dan kita pun melalui semuanya bersama
Tertawa mengejar mentari pagi dengan segala indahnya
Terpesona mengagumi eloknya senja
Tersenyum menatap burung-burung yang terbang mengepakkan sayapnya

Kau tawarkan kuntum melati yang harum mewangi
Kau ajak aku menatap awan yang berarak
Bergenggam tangan sambil menghitung bintang
Dan terkagum memandangi bundarnya purnama

Hingga gerimis pun mulai menyapa
Titik air yang mulai menderas tak menyurutkan semangat kita
Kilat dan petir yang menyambar pun tak membuat langkah kita goyah

Namun suatu hari
Sebuah titik embum pagi pada kuncup mawar membawamu pergi
Tinggalkan kuntum melati

Lupakan sebatang ilalang
Yang dulu pernah begitu kau sayang

Saat itu kurasa langit runtuh
Sebelum akhirnya kusadari semua
Dan aku pun memaafkanmu saat itu juga, tanpa kau minta
Aku hanya ingin kau bahagia
Dengan apapun pilihanmu
Meski itu berarti kau harus tinggalkanku

Kehilanganmu adalah masa-masa terberat dalam hidupku
Perasaan tercampak dan terbuang datang silih berganti

Ah, kuhirup nafas dalam
Kucoba pasrah dengan garis takdir
Kucoba yakinkan jiwa yang rapuh
Kucoba tersenyum menyembunyikan pertahananku yang runtuh

Kucoba menutupi semua sakit hati dengan jiwa besar
Kucoba menyimpan perih dengan tawa lebar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline