Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi sedekah adalah pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai dengan kemampuan pemberi; derma. Derma mempunyai pengertian pemberian (kepada fakir miskin dan sebagainya) atas dasar kemurahan hati; bantuan uang dan sebagainya (kepada perkumpulan sosial dan sebagainya).
Sepanjang pengetahuan saya, sedekah memang mempunyai arti yang lebih luas, tak hanya pemberian berupa uang atau harta benda lainnya. Tersenyum kepada orang lain adalah sedekah. Menyingkirkan batu atau kayu yang menghalangi jalan adalah sedekah. Perkataan yang baik adalah sedekah.
Sedekah yang berupa uang atau benda, tentu akan lebih baik bila dilakukan dengan cara yang ahsan, salah satunya adalah dengan tidak menyakiti hati sang penerimanya. Misalnya dengan terus menyebut-nyebutnya atau pemberian yang dilakukan dengan cara menyakitkan.
Berikut ini adalah dua kisah inspiratif yang pernah saya temui dalam keseharian. Saya ingin berbagi kisah ini kepada Pembaca yang budiman, semoga bermanfaat dan bisa diambil hikmahnya.
Sedekah yang terbungkus harga diri
Pada suatu hari saya berada di toko sepatu milik sahabat saya, kebetulan hari itu saya ingin membeli sepatu untuk jalan pagi, sepatu lama saya sudah usang dan kerepes di bagian bawahnya, jadi kurang nyaman saat dipakai.
Saat saya di tokonya, tiba-tiba datang seorang anak beserta ibunya. Dari penampilan keduanya terlihat seperti dari keluarga sederhana. Teman saya menyambut ramah, ternyata itu adalah tetangganya.
Anak itu ingin membeli sepatu dengan uang tabungannya, karena sepatu lamanya sudah rusak. Sang ibu menanyakan apa ada sepatu ukuran sekian dengan harga 200 ribu, sesuai dengan uang yang dibawanya.
Teman saya segera meminta pegawainya untuk mencari sepatu sesuai dengan ukuran kaki sang anak. Sang pegawai pun membawa sang anak untuk memilih sepatu yang sesuai dengan ukuran kakinya. Dan pilihan pun jatuh pada sepatu merek terkenal, yang setahu saya harganya cukup mahal.
Teman saya menerima pembayaran anak itu dengan senyum bahagia, dan sang anak itu pun tampak gembira. Sang ibu tak henti mengucapkan terima kasih dan mendoakan semoga toko sepatunya sukses, saat mereka berpamitan pulang.
Sementara saya yang dari tadi hanya mengamati -sambil berpura-pura mencari sepatu-, segera menghampiri dan bertanya kepada sang teman, mengapa dia menjual sepatu itu dengan harga super murah, karena setahu saya harga sepatu itu cukup mahal.
Teman saya mengatakan bahwa dia kenal baik dengan keluarga anak tadi. Dia adalah anak yatim, sangat rajin ke sekolah dan bekerja keras membantu orang tuanya berjualan di luar jam sekolahnya. Intinya, kondisi anak tadi memang layak untuk ditolong.