Bercerita mengenai doa, ada satu doa yang paling saya ingat ketika masih kecil. Doa itu tiba-tiba terekam di kepala tanpa saya berusaha mengingatnya, tahu-tahu sudah menempel begitu saja! Alah bisa karena biasa.
Saat itu setiap selesai salat tarawih, imam selalu melafalkan doa niat berpuasa untuk keesokan harinya, diikuti oleh para jamaah. Doa itu berbentuk sebuah lagu, sehingga terasa enak saat disenandungkan dan lama kelamaan bisa hafal dengan sendirinya.
Saya tinggal di sebuah desa kecil di lereng gunung Lawu. Menyenandungkan doa dalam sebuah lagu sepertinya sudah merupakan kebiasaan di tempat saya saat itu. Setelah doa dalam bahasa Arab, maka akan diikuti senandung doa dalam bahasa Jawa, sehingga doa itu akan makin meresap di hati.
Doa niat puasa masa kecil itu lafalnya seperti berikut ini :
"Nawaitu shouma ghodin 'an adaa-i fardhisy syahri romadhoona hadzihis sanati lillaahi ta'aala"
Artinya: "Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadan karena Allah Ta'ala."
Setelah besar saya baru mengerti bahwa "niat" memegang peran yang sangat penting. Bahkan semua amal akan dihisab tergantung niat yang menyertainya. Niat bisa diucapkan dalam hati atau dilafalkan secara lisan.
Seiring bertambahnya usia, saya mencoba mencari pengetahuan tentang pentingnya niat dalam setiap aspek kehidupan.
Menurut Hadis Arba'in nomer 1, dari Amirul Mu'minin, Abu Hafsh Umar bin Al Khathab Radhiallahu Ta'ala 'Anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya amal itu hanyalah beserta niat, dan setiap manusia mendapatkan sesuai dengan apa-apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu adalah kepada Allah dan RasulNya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang diinginkannya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia inginkan itu."
(Diriwayatkan oleh Imamul Muhadditsin, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husein Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi, dalam kitab shahih mereka yang merupakan kitab hadis paling shahih)
Hadis ini membahas tentang hal paling dasar dari setiap amal perbuatan, yaitu niat. Berikut makna yang terkandung didalamnya: