Museum Ketransmigrasian yang terletak di Desa Bagelen, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Museum ini didirikan untuk mendokumentasikan sejarah transmigrasi dan kolonisasi di Indonesia. Di dalamnya terdapat koleksi benda-benda antik dan diorama yang menggambarkan perjalanan para transmigran, dari masa Belanda hingga setelah kemerdekaan.
Pengunjung dapat melihat bagaimana alat transportasi berperan dalam kehidupan sehari-hari para transmigran dan mandor pada masa itu. Salah satu alat transportasi yang signifikan pada masa kolonisasi adalah sepeda berpalang. Sepeda ini menjadi bagian dari koleksi di Museum Ketransmigrasian, yang mengkategorikannya sebagai alat transportasi penting dimasa kolonisasi Belanda.
Sepeda berpalang merupakan alat transportasi yang digunakan oleh mandor perkebunan Belanda untuk mengawasi buruh perkebunan. Alat ini memungkinkan mandor bergerak cepat dan efisien di area perkebunan yang luas. Selain sepeda berpalang, museum juga memamerkan berbagai alat transportasi lain, seperti gerobak sapi dan sepeda ontel, yang mencerminkan cara hidup masyarakat pada masa itu.
Koleksi sepeda berpalang ini tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tetapi juga sebagai simbol dari kekuasaan kolonial Belanda. Dengan menggunakan sepeda, mandor dapat lebih mudah mengawasi pekerjaan buruh, yang sering kali dilakukan dalam kondisi sulit dan dengan pengawasan ketat. Ini mencerminkan hubungan antara penguasa dan pekerja di perkebunan pada masa kolonial. Dengan demikian, sepeda berpalang bukan hanya sekadar alat transportasi, tetapi juga bagian penting dari sejarah sosial dan budaya Indonesia.
Selain sepeda berpalang, museum juga menyimpan berbagai artefak lainnya yang berkaitan dengan kehidupan para transmigran. Misalnya, terdapat peralatan pertanian tradisional dan barang-barang rumah tangga yang digunakan oleh para transmigran untuk membangun kehidupan baru mereka di Lampung. Hal ini menunjukkan adaptasi budaya dan ekonomi masyarakat yang berpindah tempat.
Dengan adanya pameran serta dokumentasi yang ada, pengunjung dapat memahami lebih dalam tentang dampak kolonisasi terhadap masyarakat lokal dan bagaimana proses transmigrasi berlangsung. Hal Ini menjadi langkah penting dalam melestarikan warisan budaya serta pendidikan sejarah bagi generasi mendatang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H