MSG atau bahasa kiminya Monosodium Glutamateadalah zat yang umumnya digunakan masyarakat sebagai penyedap makanan, agarmakan tersebut terasa lezat dan gurih. Mengikuti zaman yang semakin modern,kebutuhan masyaakat pun ikut berubah dan semakain kompleks. Begitupula dengankebutuhan makanan. Kemajuan teknologiinformasi membawa dampak terhadap perubahan gaya hidup masyarakat, termasukperubahan pola konsumsi makanan yang lebih banyak mengkonsumsi jenis makancepat saji, makanan kemasan dan makanan awetan . Makanan yang enak dan lezatpunmenjadi pilihan banyak masyarakat. Hal ini pulalah yang mendorong para produsanmenciptakan bahan penyedap makanan yang praktis bagi masyarakat. Berangkat darihal ini, maka lahirlah produk penyedap makanan yang dikenal sebagai vetsin (Monosodium Glutamate).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Pabrik Monosodium Glutamat & Asam GutamatIndonesia (P2MI), di Indonesia, pada tahun 1998 konsumsi MSG sebanyak 100.568ton dan terjadi peningkatan pada 2004 diperkorakan menjadi 122.966 ton ataudiperkirakan terjadi peningkatan menjadi 1.53 gram/orang/hari. Hasil riset yangdilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2013 menunjukkan konsumsiMSG di Indonesia mencapai 77,3% dari populasi.5 Jumlah ini cukup besar, bahkanIndonesia adalah negara ke-2 setelah China yang konsumsi MSGnya paling tinggi.Sedangkan di Jawa Tengah konsumsi MSG sebesar 83,1%, terbesar ke-5 di Indonesia.
Mengenai berbahaya atau tidaknya penggunaan MSG ini masi kontroversi. Namun pada tahun1968 dilaporkan tentang adanya beberapa keluhan terhadap gangguan setelah makandi restoran cina, sehigga disebut " Chinese Restaurant Syndrome". MSG didugasebagai penyebabnya namun belum terdabat bukti ilmiah yang dapat mendukung haltersebut. Penelitian dar tahun ketahuntentang keamanan MSG ini terus dilakukan. Hingga pada tahun 1995 Food and DrugAdministration (FDA) dan Federation of American Societies for ExperimentalBiology (FASEB) menemukan bahwa MSG aman untuk dikonsumsi namun dengan batasyang tidak pasti.
Pada tahun 1969, John Olney yang dikutip dalam Cahyadi. 2012, mengumumkan hasilpenelitian yang kemudian menimbulkan banyak polemik dan kontroversi. MSGdiberikan sebagai pangan kepada cindil atau anak tikus putih, bila dalam dosistinggi (0,5 g/kg berat badan/hari) atau dalam dosis yang lebih, maka dapatmengakibatkan kerusakan beberapa sel saraf, khususnya dibagian otak yangdisebut hypothalamus. Bagian otak inilah yang bertanggung jawab menjadi pusatpengendalian selera makan, suhu, dan fungsi lainnya yang penting.
(Sumber : Jurnal Kesehatan Prima Vol. 10 No. 2, Agustus2016)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Miskowiak dan Eweka terbukti bahwa MSG dapatmengakibatkan kerusakan usus halus sedangkan penggunaan MSG sendiri masih sulituntuk dihindari. Melihat usus halus memiliki fungsi yang sangat penting dalamabsorbsi nutrisi makanan, maka perlu suatu alternatif untuk menangani masalahini. Bahan makanan tertentu juga memiliki potensi dalam menangkal stresoksidatif dan kerusakan sel.
Laporan dari Experimental Eye Research tahun 2002menyebutkan bahwa konsumsi tinggi MSG berakibat kerusakan pada fungsi danmorfologi retina. Akibatnya banyak terjadi glaukoma (peninggian tekanan dalambola mata). Proses ini terjadi secara perlahan, yang kalau pada manusia didugaakan terjadi pada umur sekitar 40 tahun, setelah konsumsi MSG sejak anak-anak.(Sumber : Jurnal Kesehatan Prima Vol.10 No. 2, Agustus 2016).
Menurut penelitian mutakhir Aji-no-moto (MSG), aturan JointExpert Committee on Food Additives (JECFA)/BPOM : ADI (Acceptable Daily Intake)NOT SPECIFIED/SECUKUPNYA, artinya MSG bisa ditambahkan hingga mencapai dosisdimana rasa gurih (umami) terasa. Dosis optimum umumnya 0,1-0,8% dari volumemakanan. Dalam kuah 400 cc bila ditambahkan penyedap rasa 1 g (0,3%) rasanyaenak, ditambahkan 4 g (1%) kurang enak, dan ditambahkan 8 g (2%) rasanya tidakenak. Namun dalam satu sendok teh berisi rata-rata 4-6 gram MSG dan kebnyakanmasyarakat ktika menambahakan MSG ini hanya berdasarkan selera dan tidakmempertimbangkan berapa dosisi yang harus digunakan. Oleh sebab itu, harustetap hati-hati dalam mengguanakan MSG.
Strategi Promosi Kesehatan
1. Advokasi
Advokasiterhadap pemerintah selaku pengambil kebijakan untuk mengadakkan paraturan yangmengatur secara tertulis tentang batas maksimum penggunaan MSG. Mengingatsebagian besar masyarakat dalam menggunakan MSG hanya denga teknik kira-kiradan berdasarkan selera.