Ujaran kebencian (hate speech) didefinisikan sebagai bentuk ekspresi yang menyebar, menghasut, mempromosikan, membenarkan kebencian rasial, dan ketidaksukaan pada hal-hal tertentu. Ujaran kebencian merujuk pada komunikasi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang dapat memicu kebencian atau permusuhan terhadap orang lain berdasarkan faktor-faktor seperti ras, agama, gender, dan lain sebagainya.
Saat ini banyak bermunculan kasus ujaran kebencian seperti penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan agama, memprovokasi, menghasut, bahkan penyebaran berita bohong (hoax) di berbagai platform media sosial. Media sosial yang seharusnya berfungsi sebagai ruang publik di mana seseorang dapat berdiskusi, bertukar pikiran, dan berkomunikasi secara demokratis dan bebas, justru digunakan untuk menyebarkan teks ujaran kebencian dengan tujuan menggulingkan opini publik.
Ujaran kebencian ini dapat terjadi karena netizen memiliki prasangka negatif terhadap kelompok tertentu dalam pribadi mereka, misalnya mereka percaya bahwa kelompok, agama, atau etnis tertentu tidak beradab, pelit, dan lain sebagainya. Akibatnya, mereka menjadi jijik terhadap kelompok lain, yang kemudian mendorong mereka untuk terus melontarkan ujaran kebencian.
Apa saja bentuk ujaran kebencian?
Jenis ujaran kebencian yang muncul di media sosial sangat beragam dan seringkali berhubungan dengan konteks sosial, politik, dan budaya. Beberapa diantaranya seperti:
1. Penghinaan.
Identitas individu atau kelompok sering dikaitkan dengan identitas mereka, seperti ras, agama, suku, atau lain sebagainya. Contohnya seperti komentar negatif di media sosial mengenai penampilan atau sifat seseorang.
2. Pencemaran nama baik.
Penyebaran informasi yang salah dan menyesatkan tentang seseorang dengan tujuan merusak reputasi mereka, seperti tuduhan palsu yang disebarkan melalui postingan atau komentar di berbagai platform media sosial.
3. Penistaan agama.
Komentar yang menghina atau menyerang keyakinan agama tertentu, yang dapat menyebabkan terjadinya konflik antara agama. Hal ini sering terjadi ketika seseorang berbicara mengenai ha-hal politik atau sosial di media sosial.