Lihat ke Halaman Asli

selestin nisfu

Epidemiologi Kesehatan

Salam Tempel dari Segi Psikologi Anak

Diperbarui: 11 Juni 2018   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc pribadi : selestinisfu

Tema malam ini mebahas tentang pro dan kontra salam tempel.

Salam, lalu di tempeli uang. Begitu yah? hehe

Salam tempel bukan hanya tradisi masyarakat Tionghoa, melainkan masyrakat kita juga ternyata melakukan kebiasaan ini pada moment tertentu.

Khususnya lebaran Idul Fitri. Salam tempel umumnya diberikan kepada anak - anak kecil, dan tidak kemungkinan yang dewasa juga dapat. Kalau di keluarga saya, selama anak itu belum bekerja, dia masih berpeluang mendapatkan tempelan uang saat bersalaman. hehee... 

Mau dapet? Jangan kerja buru - buru.. loh salah yaa, :p 

Kalau saya pribadi menilai salam tempel untuk anak merupakan hal yang perlu - perlu saja dan tidak masalah.

Karena sedari kecilpun saya juga pemburu salam tempel. Kasian gitu rasanya, kalau sudah di arep - arep tapi gak ada yang nempelin uang pas salaman... :")

Tapi bukan hanya sebatas uang sih makna salam tempel yang sesungguhnya.

Lebih ke reward atas apa yang sudah dikerjakan anak kita atau adik - adik kecil kita.

Contoh kecil, mereka mulai mau belajar berpuasa. Padahal anak - anak belum dibebankan kewajiban untuk berpuasa. Namun, suatu hal yang penting melatih anak - anak belajar berpuasa dari kecil.

Menurut saya simpel nya kita bisa mulai dari menyentuh psikologis anak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline