Lihat ke Halaman Asli

selestin nisfu

Epidemiologi Kesehatan

Buka Warung: 88% Pro, 12% Kontra

Diperbarui: 25 Mei 2018   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc pinterest

Membahas warung pada tema ini. Warung apa nih yang dimaksud? Kalau warung kelontongan dan obat sepertinya tidak perlu di jadikan tema pro dan kontra ya hehee. Kalau warung remang -- remang? , hm kalau ini sih 100% kontra buat dibuka saat bulan Ramadhan atau bukan bulan Ramadhan. :"

Mungkin warung makan yang akan kita bahas disini. Membahas soal pro dan kontra warung makan yang buka saat Ramadhan, kalau dari sudut pandang saya sendiri. Saya 88% pro -- pro saja warung makan tetap buka, dan 12% nya kontra biar sekiranya mewakili sudut pandang teman -- teman yang kontra terhadap warung makan yang buka. Saya mau mencoba objektif dalam memberikan opini. hehee. 

Sebelumnya pro dan kontra itu ibarat dua sisi koin. Keduanya tetap ada dan tidak bisa dipisahkan untuk menjadikannya berguna. Tidak selalu yang pro benar, begitupun juga yang kontra. Semua orang bebas beropini. Sudut pandang "pro" dan "konra" yang dinilai secara positive thinking akan menghasilkan jalan tengah, sebagai alternatif solusi dari suatu masalah. :") . Intinya kalau ga ada jalan ke kanan, coba deh ke kiri. hahaa yang penting tujuannya sama dan jalannya, jalan kebenaran. :P

(((hihii kadang saya suka bertanya - tanya , saya lagi ngomong/menulis apa yak?wkwk - sowry kalau ini rumit, tapi ini mengalir aja)))

Langsung saja dimulai dari alasan pro warung makan tetap saja buka. Dengan alasan sebagai berikut.

1. Kita hidup di masyarakat yang heterogen.

Heterogen dalam keyakinan, kebudayaan, status ekonomi, pekerjaan, jenis kelamin, status kesehatan dan lain -- lain. Artinya tidak semua melaksanakan puasa. Dan tidak semua yang tidak berpuasa adalah kesalahan. Sebagai generasi muda yang menghargai toleransi keheterogenan tersebut. Tidak ada alasan untuk membuat peraturan larangan tentang menutup warung makan saat puasa

2. Hakikat berpuasa itu bukan hanya menahan lapar dan haus, tapi melatih hati kita

Menahan lapar dan haus hanya bentuk fisik dari pendidikan menahan nafsu. Hal terpenting lainnya adalah melatih perilaku, karakter, dan kalbu. Salah satunya adalah sabar. Jadi, mungkin apabila masih ada yang mempermasalahkan ketika melihat seseorang makan di depan kita yang sedang berpuasa, sebaiknya kita muhasabah diri sendiri kembali, sudah benarkah niat kita?  

3. Berhubungan dengan perekonomian seseorang

Akan sangat mudah ketika kita yang menjadi bos dari rumah makan/warung makan/restoran, kita bisa bebas kapan saja menentukan kebijakan untuk menutup atau membuka pelayanan saat Ramadhan. Tetapi bagaimana dengan pegawai di restoran/warung makan tersebut? Pasti mereka hanya mengikuti aturan atasan. Dan kembali lagi, bos pasti berupaya mencari suatu keuntungan agar tetap bisa menjalankan usaha nya, dan menggaji bawahannya. Juga bagi para rumah makan kecil, yang bahkan kehidupannya bergantung dari jualan. Intinya kurang bijak sih, apabila memaksa untuk menutup warung, apalagi pernah ada kasus yang sampai menyita barang dagangan (makanan) di warung yang tetap jualan saat Ramadhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline