Lihat ke Halaman Asli

Ferren Alwie

Diperbarui: 18 Mei 2017   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tempo hari sewaktu menerima orangtua murid kami yang akan menjadi salah satu peserta Super Camp tahun ini, saya mendapat pertanyaan dari salah seorang bapak. Bapak ini nampaknya memiliki leluhur dari Jazirah.

( Kamu bisa melihat informasi tentang Super Camp kami disini )

" Mas Abas alumni ITB ya? " tanya beliau

" Bukan bapak. Saya berkuliah di UI " Jawab saya

" Oh. Berarti penamaannya karena Salman Al-Farisi ya? "

Yang saya ketahui kemudian, nama Salman adalah salah satu alasan beliau memilih kami untuk membantu anaknya selama sebulan ini. Ternyata karena bisnis bimbel Super Camp kami bernama Salman, banyak yang mengira bahwa saya adalah alumni ITB. Padahal saya menamainya merujuk kepada salah satu sahabat Muhammad SAW

Ada juga yang pernah mengira kami hanya menerima murid serta pengajar yang beragama Islam saja. Padahal nyatanya murid dan pengajar kami ada yang Muslim, Kristen, hingga Budhis. Salman menerima semua keanekaragaman. Dia tidak melihat warna kulit mu, bentuk mata, atau pada Tuhan mana kamu memilih percaya

Salah satunya adalah Ferren Alwie yang telah memasuki tahun kedua mengajar di program - program kami. Ferren beragama Buddha, peranakan Tionghoa. Dia adalah salah satu pengajar Matematika favorit para murid.

Saya teringat salah satu percakapan saya dengannya

"Ferren, kok kamu tidak makan? " tanya saya setelah melihat ada katering untuk para tutor yang belum di makan

" Oh, itu Kak Abas. Aku tadi sudah makan nasi Padang dong. Enak lhoo"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline