Lihat ke Halaman Asli

Aku dan Generasiku

Diperbarui: 28 Desember 2017   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pose pemenang konser piano Nusantara yang dihelat Ananda Sukarlan, Yogyakarta 2016

Namaku Selda. Aku lahir tahun 2003. Sebagai manusia, pastinya aku enggak bisa milih mau lahir di zaman kapan. Aku bersyukur karena lahir di era 2000-an atau zaman sekarang. Dengan kata lain, aku bersyukur terlahir sebagai generasi Z (generasi yang lahir di era 2000-an). Hidup di zaman sekarang itu ada enaknya dan enggaknya.

Enaknya itu sudah ada gadget dan teknologi yang maju. Jadi kalau mau komunikasi gampang banget. Udah gitu kalau mau cari informasi, tinggal pencet mbah google, langsung dapat deh! Wawasan kita jadi luas, dan ide-ide kita jadi lebih banyak. Kita juga bisa cari teman lewat internet. Istilahnya teman internet. Pikiran kita juga jadi lebih terbuka akan dunia luar. Temanku punya teman yang enggak sengaja kenalan lewat internet, terus jadi sahabat, deh.

gen-z-foto-selda-baca-buku-road-dahl-5a31d9065e13730dcb713193.jpg

Intinya jadi generasi Z itu enak, lah, karena hidup di zaman sekarang. Apa-apa jadi gampang gitu. Mau pesan makan tapi malas gerak, tinggal pencet-pencet HP. Mau beli sesuatu tapi malas keluar rumah, tinggal dudal-dudulHP. Mau melakukan banyak hal tinggal pencet HP. Dan enaknya juga, sekarang ada sosial media. Jadi kita bisa tahu apa yang lagi dilakukan orang-orang di luar sana. Terus kita bisa saling follow. Ya, hitung-hitung numpang dikenal orang, lah ya. Dikenal bukan berarti terkenal, lho ya. Hehehe.

Nah, enggak enaknya, gadget itu bisa menjauhkan yang dekat. Misalnya nih, ya, lagi ada kumpul-kumpul sama teman, teman-temanku itu bawa handphone semua kecuali aku karena kebetulan lupa. Nah, harusnya, kan, kumpul-kumpul itu ya ngobrol, bercanda, ketawa-ketawa, gitu, kan? Tapi ini malahan pada asyik sendiri-sendiri dengan handphone. Aku yang lagi enggak bawa HP, jadi krik-krik gitu. Mau ngajak ngobrol, takut ganggu. Kalau diam aja juga jadi canggung. Ah! Bingung jadinya.

gen-z-foto-selda-2-piano-n-kayu-putih-5a31d85016835f0af6670283.jpg

Pada akhirnya aku memilih diam, dan menunggu sampai ada yang selesai dengan HP-nya. Untungnya juga aku bawa Kayu Putih Aroma yang Lavender. Jadi biar enggak krik-krik, dan bosan, bisa pakai itu. Tinggal cium cium aromanya, karena makin lama wanginya terasa semakin kuat. Wanginya bikin enggak bosan. Suer! (jari dua).

Oh iya, ada perbedaan generasi zaman sekarang sama zaman dulu. Dulu, kata mamaku murid itu takut banget kalau gurunya lewat. Terus, kalau guru marah itu bisa sampai memukul pakai penggaris. Ngeri!

Kalau jaman sekarang, murid sama guru itu sudah kayak teman. Bercanda, ketawa-ketawa, pokoknya santai. Coba aja bayangin kalau zaman sekarang guru itu kayak zaman dulu, yang ada muridnya lapor ke orang tuanya. Tapi ya itu, zaman sekarang bisa-bisa murid melawan gurunya. Kita enggak boleh begitu, ya. Hehehe...

Di zaman dulu belum ada HP, jadi kalau ada janjian enggak bisa setiap menit telepon "Sampai mana, nih?" Jadi kalau nunggunya lama, ya, tungguin aja. Bisa-bisa sampai lumutan, kali. Sedangkan  era sekarang kan enak. Enggak jadi ketemuan, tinggal ngomong lewat chatatau telepon. Serba enak atau banyak kemudahan, deh, pokoknya! Kontras banget, ya, keadaan dan fasilitas zaman sekarang dibandingkan dengan zaman dulu.

Aku dan sepupuku - para generasi Z, suka pengalaman seru |Dokpri

Generasi zaman sekarang sering juga dibilang "generasi micin". Wkwkwkw...Aku ngakak pas pertama kali dengar. Iya, sih..Generasi zaman sekarang itu sering banget makan micin! Termasuk aku! Hahaha. FYI, micin itu enak. Siapa, sih, yang bilang micin itu enggak enak? Makan micin itu kenikmatan yang hakiki, tahu! Aku sering banget beli Cimol di depan sekolah yang dikasih bumbu. Enak haha! Tapi ya sebetulnya enggak bagus juga kalau sering-sering. Orang-orang sering bilang, kalau kebanyakan makan micin, nanti bakalan jadi bodoh (maaf). Tapi mau bagaimana lagi? Kalau udah makan micin itu rasanya enggak bisa berhenti. *uhuy*

Lantas solusinya menurutku, ya menahan diri. Setiap mau beli Cimol atau Chiki, bilang ke diri sendiri 'tahan, tahan, tahan!'. Nanti boros, akibatnya nanti uangnya habis. Buatku, cara itu lumayan berhasil juga. Daripada beli Cimol atau Chiki, mendingan uangnya dipakai untuk beli Kayu Putih Aroma, bisa milih mau yang aroma Lavender atau Rose. Ini jelas lebih bermanfaat. Ya, kan? Tapi sebetulnya, sih, ya, anggapan "makan micin bakalan jadi bodoh" itu tergantung orangnya. Kalau orangnya berpikiran terbuka dan enggak aneh-aneh, ya tetap tidak akan jadi bodoh. Walau begitu, perlu juga kita tetap harus membatasi makan micin, sih. Semua yang "kebanyakan" atau berlebihan memang kuran oke, ya. Hehehe.

Generasi Z itu lebih suka kebebasan. Suka cari pengalaman baru, dan suka yang namanya liburan. Setiap UAS (Ujian Akhir Sekolah), pasti akhirnya akan ada liburan. Pengalamanku kalau pas di perjalanan jauh ketika liburan, lalu jalanan macet -- nah, aku bosan banget. Tapi aku sudah tahu tips mengatasi bosan yang begini. A aku pakai Kayu Putih Aroma yang Green Tea buat pengharum mobil biar enggak pada bosan (botolnya aku buka lalu kudekatkan ke AC). Walhasil, semua dapat bagian semerbak harum Green Tea. Wanginya itu menyegarkan, bikin semua yang di mobil jadi enggak ngantuk. Suer.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline