Lihat ke Halaman Asli

Kisah Berkisah

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tertulis rapi dalam kertas apik yang usang

Sebuah cerita pahit yang mengundang angkara murka

Angin tak bergeming secuil pun tuk meniupnya

Cahaya enggang menyinari

Diantara debu-debu yang menua

Kegelapan yang mencekam

Ia tetap bungkam tak mau berbagi

Dari banyaknya goresan tinta yang bercerita

Kisahnya yang begitu kelam

Tapi,sesungguhnya sebuah rahasiah kuat tergembok

Sang empunya turut membisu

Garis-garis wajah tak bisa berdusta

Usia telah menelan perlahan tetapi pasti

Dikepala terdaftar menu menyesalan

Kaki tangan kaku bertahan

Hanya mata menyiratkan keresahan

Namun saksi-saaksi sejarah bergeming tak mau tahu

Bagi mereka dia adalah masalah masa lalu yang harus dikenang

Kebrutalan yang merongrong masa muda

Terbalas cibiran pedas yang mengekang

Semua acap kali tersihir dalam hakim tak berpalu

Balada-balada berdenging memojokkan

Terdiam sudah tubuh rapu itu

Yang dulu ekspresif menggertak manusia tak berdaya

Memaksa telinga telinga mendengar irama palsu yang menyesatkan

Menusuk mata yang tak mau menatap

Menyumpal mulut yang menantang bualanya yang tak bermakna

Dikala itu,dia membiarkan lapar dahaga

Memekikkan gaunya sampai kenegri tetangga

Terbayarlah kini harga mahal yang terpampang dalam struk dosa masa lalu

Amarah awak bangsa tak bisa lagi diredam

Walau potret rentah ituterpasang didinding ketidak berdayaan

Irono memang,tatkala tiba masa tak bisa berbuat apa-apa.

BUKA MATAMU,SEBAB KAU ADA UNTUK MEMBAYAR GORESAN MERAH DI SUKMAIBU PERTIWI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline