Lihat ke Halaman Asli

Ujian Nasional 2015 (Potensi Ketidakjujuran Masih Ada?)

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

UJIAN NASIONAL2015

( POTENSI KETIDAKJUJURAN MASIH ADA ? )

Oleh:

H.SELAMET RIYADI,M.Pd.

( LPMP NTB)

Ujian Nasional (UN) sebentar lagi digelar. Mulai tanggal 13 April 2015 akan digelar UN Nasional untuk jenjang SMA/MA dan SMK, sedang jenjang SMP/Mtsakan digelar mulai tanggal 04 Mei 2015.UN kali ini berbeda dengan UN tahun sebelumnya,karena nilai UN tidak lagi menjadipenentu kelulusan peserta didik. Menurut Permendikbud Nomor 5 tahun 2015,dan Pos UN 2015, kelulusan peserta didik ditentukan oleh satuan pendidikan berdasarkan rapat dewan guru. Berdasarkan permendikbud dan pos UN tersebut, peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan setelah :a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran b). memeroleh nilai sikap/perilakuminimal baik, dan c). lulus UN sekolah/madrasah.Yang jelas,lulus atau tidaknya peserta didik ditentukan oleh satuan pendidikan.

Oleh karena kelulusan peserta didik ditentukan oleh satuan pendidikan, maka sekolah/Madrasah memegang amanat yang sangat besar. Namanya amanah tentu tidak boleh disalahgunakan.Meskipun kelulusan ada ditangan satuan pendidikan,tidak berarti bahwa satuan pendidikan seenaknya dalam meluluskan peserta didik. Satuan pendidikan harus mengikuti aturan atau rambu-rambuyang sudah ditetapkan dalam Permendikbud maupun POS UN. Pihak satuan pendidikan diharapkan memberikan nilai yang sebenarnya kepada peserta didik. Kalau memang nilai peserta didik tidak memenuhi syarat kelulusan,maka satuan pendidikan harus berani untuk tidak meluluskan. Jangan hanya mengejar target kelulusan 100%. Menteri Pendidikan berharap agar pelaksanaan UN dijadikan ajang pembelajaran untuk tata kelola yang baik oleh satuan pendidikan.UN hendaknya dimaknai sebagai proses latihan dan ujian integritas, bukan hanya sekedar penilaian terhadap kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu. UN harus menjadi proses pembelajaran,terutama dalam menerapkan nilai-nilai kejujuran. Satuan pendidikan hendaknya mengajak semua pihak yang terlibat dalam UN terutama peserta didik agar mengedapankan nilai-nilai kejujuran.

Mungkin kita bertanya, mengapa UN tahun ini Menteri Pendidikan sangat menekankan agar dilaksanakan dengan jujur ? Apakah UN sebelumnya tidak dilakukan dengan jujur ?Jawabannya sudah pasti bahwa UN sebelumnya juga harus dilaksanakan dengan jujur. Namun dalam praktiknya, selalu terjadi fenomena-fenomena negatifyang selalu terjadi berulang-ulang di beberapa tempat penyelenggaraan UN tersebut. Contoh fenomena yag biasa menjadi sorotan atau pembicaraan berbagai pihak antara lain:beredarnya kunci jawaban yang bisa dibeli oleh peserta didik, murid mencontek pada saat mengikuti UN,murid bekerjasama dalam menjawab soal , murid mengancam pengawas ruang UN, dan masih banyak kasus-kasus yang lain.Pelaksanaan UN sebelumnya sepertinya masih ada pihak yang menghalalkan segala cara yang penting lulus.

Jika kita melihat fenomena-fenomena yang terjadi dari tahun ke tahun tersebut, sebagai seorang anak bangsa yang mengaku sebagai warga dari negeri tercinta ini, pasti kita merasa miris.Kejadian-kejadian seperti tersebut di atas menggambarkan bahwakita memandang masih lebih penting target kelulusan yang tinggi atau prestasi akademik daripada menjunjung tinggi sportivitas dan kejujuran dalam mengikuti UN. Sungguh hal tersebut sangat memilukan dan memalukan. Padahal kita tahu bahwa melakukan hal yang memalukan merupakan sifat tercela yang akan menghasilkan etika tercela.

Proses pelaksanaan UN yang tidak jujur mencerminkan bahwa generasi penerus bangsa kita merupakan generasi yang suka mencari jalan pintas dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Mereka tidak lagi memperdulikan apakah itu jalan yang benar atau tidak. Hilangnya nilai kejujuran yang merupakan warisan nilai dari generasi terdahulu merupakan peringatan keras bagi dunia pendidikan kita. Padahal pendidikan adalah dunia yang identik dengan nilai-nilai terpuji dengan moralitas yang tinggi dan penuh nilai etika. Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional pasal 3 juga disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan proses menuju kedewasaan dengan mengembangkan semua potensi peserta didik sehingga memiliki karakter yang mandiri ,percaya diri,jujur,menghargai perbedaan,toleran,cinta tanah air dan karakter yang baik.

Lalu muncul pertanyaan,apakah UN tahun ini akan terlaksana dengan jujur? Harapannya sih begitu, paling tidak akan lebih jujur.Hal tersebut dikarenakan UN tahun ini tidak lagi digunakan sebagai dasar penentuan kelulusan.Namun kalau kita melihat fungsi UN yang lain, seperti: hasil UN digunakan untuk pemetaan mutu program dan /satuan pendidikan,2) pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, bisa saja masih terjadi ketidak jujuran dalam pelaksanaan UN.

Mari kita kaji satu persatu kegunaan UN 2015 yang masih memungkinkan terjadinya ketidak jujuran.

1).Nilai UN digunakan untuk pemetaan mutu program dan /satuan pendidikan

Namanya pemetaan, tentu akan kelihatan peringkat atau rangkingprogram dan / satuan pendidikan berdasarkan perolehan nilai UN tersebut. Program yang satu akan kelihatan perbandingannya dengan program yang lain, satuan pendidikan yang satu akan kelihatan perbandingannya dengan satuan pendidikan yang lain,daerah yang satu akan kelihatan perbandingan dengan satuan pendidikan yang lain.Kalau sudah dibanding-dibandingkan, atau berbicara peringkat atau rangking,maka mulailah muncul gengsi-gengsian.Tentu semua ingin berada pada peringkat tertinggi.Nah.., untuk mengejar peringkat tertinggi tersebut,bagi yang tidak berintegritas,maka akan menggunakan berbagai cara yang penting bisa berada pada posisi peringkat tertinggi.Paling tidak,tidak berada ada peringkat terakhir ( malu dong ah ).

2). Pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.

Karena nilai UN akan dijadikan pertimbangan untuk masuk pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka tentu semua peserta didik yang bercita-cita melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi,ingin memperoleh nilai yang tinggi,agar bisa masuk pada sekolah atau perguruan tinggi yang didambakan.Untuk memperoleh nilai yang tinggi tersebut, seharusnya diperoleh dengan cara-cara yang sportiv.Namun bagi oknum yang tidak bermoral atau memiliki sifat yang tercela, tentu akan menempuh cara-cara yang curang yang penting tujuan tercapai.

Oleh karena itu,meskipun nilai UN tidak lagi menjadi syarat kelulusan,kita harus selaluwaspada, karena kemungkinan UN 2015 akan ternoda oleh cara-cara yang tidak jujur masih bisa terjadi. Oleh sebab itu,pihak-pihak yang berkepentingan/terkait, hendaknya tetap melaksanakanpengawasan/pemantauan sehingga diharapkan pelaksanaan UN dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan tercela yang akan mencoreng wajah dunia pendidikan kita.

Pelaksanaan UN yang jujur merupakan salah satu ciri dari bangsayang besar danberkarakter.Orangyang berkarakter yaitu orang yang memandang bahwakejujuran bukan merupakan tuntutan moral dari luar diri sesorang,tetapi merupakan tuntutan dari dalam diri seseorang. UN jujur merupakan salah satu indikator penanaman nilai-nilai karakter tercapai. Pelaksanakan UN yang jujur merupakan salah satu upaya dalam membangun generasi muda yang handal, yang membanggakan dan sesuai dengan yang kita idam-idamkan.Oleh karena itu,mari kita jadikan UN ini sebagai sebuah proses pembelajaran dalam menerapkan nilai-nilai karakter bangsa,tidak semata-mata untuk mengejar nilai kelulusan yang tinggi. Semoga angka kelulusan 100 % dengan kualitas kejujuran 100 % .

Daftar Pustaka

Badan Standar Nasional Pendidikan.2015.Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 20142015. Jakarta:BSNP.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.2015.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2015 .Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline