Lihat ke Halaman Asli

Ini Ayam Kampung Bukan Ayam Kampus?

Diperbarui: 15 Januari 2016   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Para Perempuan Peserta Pelatihan Pembesaran Ayam Kampung_foto bareng Ibu Siti Mukaromah Anggota DPR RI_KP"][/caption]Bukan maksud saya untuk mengajak debat kusir, pertanyaannya duluan mana antara ayam dengan telor? Semua punya jawaban masing-masing, tinggal clue nya dalam melihat persoalan ataupun pertanyaan yang sedang dihadapinya.

Kondisi sebenarnya, actually 90 % lebih manusia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya pasti erat hubungannya dengan ayam kampung (bukan ayam kampus lhoo). Mulai dari orang yang hobi makan ayam, telor ayam dan tentunya dengan berbagai macam olahan yang ia yakini bikin kenyang perutnya, komunitas ini masuk golongan orang yang berpikirnya enak karena sudah ada uang dikantong sakunya terus langsung makan...nyami...enak.

Ada golongan orang yang kalau lihat, atau diajak ngobrol tentang ayam langsung berpikir bisnis, wah kalau yang ini open mind orangnya, kamu kah atau jangan-jangan saya juga punya jiwa-jiwa entrepreneur.

Ngomongin bisnis atau berwirausaha, saat ini memang menjadi satu alternatif yang naik daun, tentunya bisnis atau ber-entrepreneurship yang mampu merubah kita dari tidak berdaya menjadi orang yang berdaya, dan menjadi pintu keluar untuk kita bisa berubah dalam hidupnya, syaratnya setelah change your mind kemudian tindak lanjut atau langkah kongkrit kita attitude sikap dalam menentukan pilihan mau berwirausaha apa, kapan dengan siapa?

Pasar yang sangat jelas, apalagi sekarang pasarnya bebas tanpa batas (MEA) tinggal apakah kita mampu menjual, membeli atau cukup menjadi penonton di negeri sendiri? Tentu tidak bukan, kita harus menjadi orang yang berdaya dan mampu ikut andil proses membangun bangsa.

Bagaimana cara membangun bangsa ini? jawabnya mulai dari membangun keluarga bukan membangun usaha atau menjadi entrepreneur (kata Ibu Siti Mukaromah, S.Ag) Anggota DPR RI dari Fraksi PKB, usai memberi sambutan pada peserta Pelatihan Pembesaran Ayam Kampung, di Desa Kediri Kecamatan Karanglewas Banyumas Jum’at pagi tadi.

Pesan beliau jangan berwirausaha apalagi bisnis membesarkan ayam kampung, dengan catatan kalau (keluarga dan anak-anaknya) tidak dibesarkan untuk menjadi orang yang baik.

Titik poin yang perlu digaris bawahi konteksnya dalam berwirausaha, pertama berwirausaha diawali dengan pondasi yang kuat, niat dan yakin (modal kepercayaan) bahwa usaha itu bagian dari ibadah yang bermanfaat untuk keluarga dan sebagai bagian dari upaya membangun bangsa. Kedua, berbagi dan peduli share and care dengan terus melihat lingkungan, mulai dari memetakan peluang usaha ataupun potensi usaha yang memungkinkan bisa digerakkan. Ketiga, modal usaha atau usaha cari modal? Berwirausaha memang dekat dengan yang namanya uang, tapi bukan berarti berwirausaha itu harus dengan modal uang, lantas modal siapa, apa? yang jelas  ngga pakai modal dengkul?

If you want to change your life, you should to change your mind. Actually, berwirausaha itu butuh sikap perilaku untuk berani melakukan dan terus melakukan apapun jenis usahanya. Dan karena orang akan berwirausaha itu juga muncul bisa karena terpaksa, kebetulan atau memang sengaja dirancang sedemikian rupa.

Memulai dari sekelompok pegiat perempuan yang diwadahi lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) “Perempuan” sebagai contoh bahwa berwirausaha itu bukan dominannya kaum adam gentleman saja. Tapi saya acungi jempol mereka peserta pelatihan usaha pembesaran ayam kampus eh..ayam kampung semua adalah kaum hawa yang luar biasa. Kelihatan muda, serius walaupun sudah punya cucu dan lebih heroik dari pada ayam kampus tentunya. Karena ini pelatihan memiliki beban yang besar dan berat, kenapa ? karena  mereka harus mampu menjadi seorang entrepreneur setelah usai pelatihan.

Selain itu, pelatihan yang akan dihelat 2 hari kedepan ini juga difasilitasi oleh CSR PT.Jasa Raharja dan dipantau terus oleh Tim Ahli dan Anggota DPR RI (Siti Mukaromah,S.Ag) yang juga aktifis perempuan yang berasal dari kampung dan kampus di Purwokerto.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline