Lihat ke Halaman Asli

Siapkan Kita Hadapi Kematian?

Diperbarui: 20 Oktober 2015   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jenazah Yudi Akbar Rizky ketika dimakamkan. (Laily Widya A.)_antara Jatim.com"][/caption]

Mati Syahid bagi mereka yang meninggal ketika berjuang dijalan Allah (bukan terbunuh) berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "apa yang kalian nilai sebagai syahid diantara kalian ?" Mereka berkata: "Ya Rasulullah siapa yang terbunuh dijalan Allah maka dia syahid." Beliau berkata: "jadi sesungguhnya para syuhada umatku sedikit." Mereka berkata: "lalu siapa mereka Ya Rasulullah?" Beliau berkata: "barang siapa yang terbunuh dijalan Allah syahid, barangsiapa yang mati dijalan Allah syahid, barangsiapa yang mati karena wabah taun syahid, barangsiapa yang mati karena penyakit perut syahid, dan orang yang tenggelam syahid."

Akhir-akhir ini begitu marak tragedi yang merenggut nyawa manusia, mulai dari tragedi mina pada bulan haji kemarin, tragedi pembakaran rumah ibadah, tragedi pembunuhan aktifis lingkungan, belum lagi pesawat yang hilang atau jatuh dengan seisinya.

Belum lagi musibah yang terjadi pada minggu kemarin, meninggalnya 2 mahasiswa yang sedang mengikuti proses Diklatsar (Pendidikan Latihan Dasar) Mahasiswa Pecinta Alam Sunan Ampel (Mapalsa) Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya di Lokasi Wana Wisata Sumuran RPH Rejosari, Dusun Bekur, Sumberejo, Pagak, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim).

Banyak sisi lain yang barangkali bisa kita ambil saripati dari rentetan musibah atau ujian dari Tuhan Semesta Alam.

Yang pertama, kita yang harus selalu bersyukur atas setiap hela nafas kita yang masih tertata rapi dan mampu menikmati karuniaNya, tanpa harus berpikir harus mengganti atas semua yang selama ini kita nikmati di dunia ini, karena siapa pun kita saya yakin takan mampu menggantikan nikmat Tuhan yang selama ini kita nikmati. Tapi yang terpenting adalah semoga kita mampu menjadi manusia yang bisa syukur nikmat bukan kufur nikmat.

Kedua, kita yang harus terus yakin bahwa terjadinya musibah itu karena kekurang hati-hatian kita, atau kita yang terlalu sembrono dan menganggap enteng persoalan kehidupan yang sedang kita jalani. Berbeda ketika musibah itu didatangkan benar-benar karena Tuhan kita sedang menguji umatNya, dan kenapa ujian itu selalu menghampiri kita, karena Tuhan kita juga berjanji tidak akan membebankan ujian di atas kemampuan manusia itu sendiri.

Ketiga, kita yang harus senantiasa siap menghadapi persoalan yang 1 (satu) ini “kematian”, karena siapapun kita pasti pada ruang dan waktu yang tepat akan ketemu dengan yang namanya “kematian”. Tinggal bagaimana kita mulai bersiap diri kapan pun, dimana pun, dan seberapa banyak bekal yang sudah kita siapkan, karena urusan yang ini “mutlak” atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Keempat, apapun resiko hidup kita di dunia ini dengan segala macam aktifitasnya, yakin betul semua apa yang kita lakukan itu sangat dekat dan semua memiliki resiko yang sama ya resiko berhadapan dengan “kematian”.

Kelima, jangan berhenti untuk terus melakukan apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab kita di dunia, karena sejatinya manusia itu pemimpin, dan setiap pemimpin apapun itu akan dimintai pertanggungjawabannya. Jangan menjadi takut karena datangnya kematian, tapi kita akan takut ketika “kematian” itu datang tapi kita belum punya cukup bekal menghadapNya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline