Lihat ke Halaman Asli

Kampung Tasripin Arena Pelampiasan?

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14060968861738947689

[caption id="attachment_316504" align="aligncenter" width="150" caption="ngrumput untuk pakan ternak_koleksi pribadi"][/caption]

Kampung Tasripin Arena Pelampiasan ?

Sebenarnya bukan untuk membuka yang sebenarnya bahwa kita itu yang memulai melampiaskan Tasripin dan penghuni kampung Pesawahan Desa Gununglurah Kec.Cilongok Kab. Banyumas yang terletak di Jawa Tengah. Singkat cerita sebenarnya kita dari komunitas masyarakat desa hutan di Jawa Tengah dengan pasukan garda depan para pelajar/siswa tingkat menengah sebut saja Boarding School “Mbangun Desa” sebuah lembaga pendidikan layanan khusus bagi anak-anak dengan latar belakang kehidupan yang cukup terpencil, terbelakang, terisolir, dan yang pasti keluarga yang dekat dengan berbagai keterbatasan sehingga anak-anak usia sekolah SMA tidak bisa sekolah, itulah kenapa kurang lebih 32 siswa yang berasal dari 5 kabupaten di Jawa Tengah itu menjadi tinggal bersama kita di bangunan pendopo eks balai desa dengan ditambah gubung-gubug pembelajaran semi permanen, di atas lahan yang ngontrak tentunya, karena kita belum punya asset sendiri. Ya tapi kami punya cukup modal yang cukup, baik itu modal sosial dan yang paling penting modal kemauan yang kuat dari hati yang semoga menjadi tidak luntur karena tulisan ini.

2011 kami mulai berjalan menyusuri jalan berbatuan, melewati 3-5 tanjakan berbukit yang dikanan-kirinya menjulang tinggi hutan dengan kondisinya, yak arena akses jalan kesana saat itu masih jalan berbatu dan harus melewati hutan Indonesia, karena statusnya kampung Pesawahan ada di lereng Gunung tertinggi di Jawa Tengah.

Dan pada prinsipnya kampung itu kita jadikan labsite anak-anak boarding school “Mbangun Desa” karena salah satu standar kompetensi anak didik nantinya harus mampu menjadi calon kader pembangun desa, paling tidak untuk desanya sendiri. Kegiatan pun mulai berjalan dengan hilir mudik harus terus berjuang dengan mencoba berbagi dan masuk lebih dalam pada kehidupan masyarakatnya.

Dan singkat cerita akhirnya kita putuskan untuk membuat program bagi siswa untuk bersepakat untuk sedikit sombong katakanlah membantu program pemerintah, karena konteknya anak-anak belajar latihan menjadi tukang sensus penduduk, yang akhirnya ketemu dan kita peroleh data kampung pesawahan, ya kurang lebih sudah berjalan 1 tahun-an, ketemulah Keluarga termiskin saat itu, Keluarga Tasripin Bocah Ajaib dengan 3 adiknya (rianti, dandi, dan daryo) yang cukup menjadi perhatian public,karena sejak dini sudah menjadi kepala keluarga, dan ini menjadi perhatian sampai-sampai orang no.1 di negeri ini pun sampai mengutus staff ahlinya untuk mengirim uang 100 juta lho…cas tanpa perantara siapapun. Dan itu yang jelas terlihat, ya saat itu April 2013 belum lagi bantuan dari berbagai sumber ya kurang lebih Tasripin pun mendadak menjadi anak terkaya saat itu di jawa tengah kali yaa..karena deposit tabungannya kurang lebih 400 jutaan, belum lagi bantuan yang berujud benda, makanan dan lain sebagainya, subhanalloh, inilah yang menurut saya dibalik keprihatinan susah tapi ulet membawa berkah.

Tasripin pun menjadi pahlawan bagi kampungnya, dibalik kemiskinan yang melilitnya, namun bocah yang berperan jadi kepala keluarga itu pun akhirnya, See more at: http://www.kopertis12.or.id/2013/04/15/tasripin-bocah-sekecil-itu-menanggung-beban-keluarga.html#sthash.3TY5GaJH.dpuf menjadi sorotan berbagai media cetak bahkan media televisi pun tidak berhenti diberbagai acara yang dihelat, satu dampak yang sangat terasa bagi seluruh penghuni kampung pesawahan adalah karena akses jalan menuju kampung tasripin sekarang sudah begitu mudah untuk dilewati ya sangat mudah karena sudah teraspal dengan rapi.

Dan babak baru pun dimulai, peran yang biasa dilakukan oleh anak-anak boarding school mbangun desa pun, hasil sensus pun menjadi titik balik yang kemudian kita di tahun pelajaran 2013/2014 tepatnya 1 tahun yang lalu bahkan persisnya di bulan Ramadhan anak-anak Mbangun Desa pun mendirikan sebuah gazebo atau gubuk dari bamboo maksud hati sebagai tempat pembelajaran karena kita akan memulai babak baru…ya babak baru menjadi siswa yang terus belajar dan akan membelajarkan (memberikan layanan pendidikan setingkat SLTP) melalui jalur dunia Madrasah Tsanawiyah (MTs) dengan nama “PAKIS”.Lebih jelasnya bisa dilihat di http://edukasi.kompasiana.com/2014/07/16/cangkul-bisa-untuk-daftar-sekolah--664574.html.

[caption id="attachment_316516" align="aligncenter" width="150" caption="mbangun ruang belajar di pinggir hutan_koleksi pribadi"]

1406104129753224644

[/caption]

[caption id="attachment_316517" align="aligncenter" width="150" caption="siswa MTs belajar dengan fasilitas apa adanya_koleksi pribadi"]

1406104216320779750

[/caption]

Kampung Tasripin pun benar-benar menjadi objek bahkan ajang pelampiasan bagi banyak orang akhirnya, dalam hal ini bukan hanya pelampiasan belajar anak-anak boarding school mbangun desa, namun ajang untuk menjadi pahlawan yang bangun kesiangan, biasa adat masyarakat kita yang kadang seolah-olah paling ngerti dan mau menjadi pahlawan, tapi shi kita tidak masalah, kita tetap jalan pada roda yang sedang kita inisiasi, ya berjalan di ril kendaraan realitas kehidupan khususnya persoalan pendidikan yang begitu kompleks dikampung itu.

Genap 1 tahun pas bulan puasa, berkah buat kita boarding school mbangun desa, karena tidak pernah terbayang bahkan termimpikan pun belum saat itu, diawali dari membangun ruang belajar dari bambu 3 buah dengan ukuran 4x6 meter pun baru selesai berdiri 2 buah namun belum mencapai finishing, karena kondisinya baru bisa terpakai 1 buah ruang belajar yang berada tepat di bawah pohon pinus, dipinggir telaga kumpe dan ini menjadi ruang terindah selama 1 tahun kemarin bagi anak-anak yang belajar, walau kata orang sekolah kok kaya kandang kambing, namun kita tetap spiritfulty and happiness menjalani proses belajar dan mengajarkan di kandang yang lebih jelek dari kandang kambing kata orang, tapi bagi kami ini tempat yang penuh history dan tak akan pernah terlupakan, karena jelas menghadap telaga ya telaga kumpe namanya yang saat ini menjadi magnet paling kuat mendatangkan banyak orang untuk melampiaskan datang ke kampungnya Tasripin.

[caption id="attachment_316518" align="aligncenter" width="150" caption="MOPDB MTs_koleksi pribadi"]

1406104381854985858

[/caption]

[caption id="attachment_316519" align="aligncenter" width="150" caption="nuansa baru belajar di ruang kelas baru_koleksi pribadi"]

14061044511594082878

[/caption]

Tapi berkah yang saat ini Madrasah Tsanawiyah (MTs PAKIS) jelas kami rasakan bersama-sama anak-anak MTs dan siswa boarding school Mbangun Desa adalah wujud bangunan permanen ruang kelas baru, yang itu sudah kita pakai persis di bulan ramadan 2014 sekarang ini, itupun berkah dan sekaligus dampak kegiatan yang kita lakukan dengan Tasripin, yang akhirnya SDA (Kemenag Pusat) pas Tasripin ketemu di Hotel di Jakarta beliau mengeluarkan statement kampung tasripin akan dibangun madrasah mulai dari MI,MTs,MA kalau bisa Madrasah Negeri, dan saat ini sudah berdiri megah dulu ukuran 4x 6 meter sekararang memang subhanalloh, sim salabim abrakadabrah 1 ruang belajar ukuran 7x9 meter, 2 ruang ukuran 7x8 meter, 1 ruang relawan ukuran 4x7 meter. Benar-benar mimpi yang tak terbayang, ya semoga berkah, walau kini SDA konon katanya terkena sandungan dan harus berurusan dengan KPK negeri ini, semoga tidak karena membantu kita di kampung Tasripin.

Ibarat semakin tinggi pohon maka semakin tinggi pula tantangan untuk roboh karena tertiup angin, dan yang terpenting jangan roboh karena ditebang karena hanya mendadak butuh dan dijadikan pengganti untuk pelampiasan diri, kampung tasripin dan aktifitas kita makin tahun makin berat, penuh tantangan dan perjuangan, mohon doanya ya buat kompasianer, pasalnya berharap penuh siswa lulusan SD 2 Sambirata bersekolah di MTs PAKIS namun ternyata yang ndaftar hanya 7 anak, itu pun dari kampung Tasripin baru 1, yang lain dari kampung sebelah yang Tasripin harus jalan kaki 3 km untuk sekolah SD, itulah kenapa infrastruktur yang sekarang mudah membuat orang khusnudhon saya mereka menyekolahkan anak-anaknya di wilayah di pusat yang dekat dengan Kecamatan Cilongok, dan semoga bukan karena di MTs Pakis yang masih minim fasilitas pembelajaran, dan guru yang belum ada sampai saat ini, hanya mengandalkan relawan Boarding School Mbangun Desa, mana tanggungjawab kita sebagai satu bagian yang tak terpisahkan negeri ini ? jangan hanya menjadi pahlawan di saat hiruk pikuk Tasripin saja.

Ayolah mari saling bahu membahu, angin semakin besar menerpa kita, belum lagi bagi kalangan oknum yang datang ke kampung dengan embel-embel penasaran, dan datang hanya untuk melampiaskan untuk mendapatkan kenikmatan individual dengan tidak mengindahkan di kampung itu banyak persoalan rumah yang butuh ekspektasi dari banyak orang. Karena oknum yang hanya pelampiasan pribadinya hanya menikmati kenikmatan sesaat, karena benar adanya secara alamiah kampung Pesawahan kampungnya Tasripin itu benar sejuk, segar, bahkan sangat alamiah untuk dinikmati dan bagus untuk kesehatan mata, namun menjadi tidak sehat karena banyak yang sudah mulai datang dengan pasangan dengan status pacaran, hura-hura kelompok, bahkan yang menjadi sakit hati, bahkan hati ini terasa di iris-iris karena ulah para pengecut di bulan ramadhan 2014 ini, baca juga : http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/07/23/pengecut-itu-mau-menang-tapi-menyerah--665610.html . lalu apakah ini bisa di ibaratkan seperti ramainya maneuver-manuver politik di pilpres 2014 ini, yang kemarin pasalnya sudah ada sejarah dan babak baru bagi para pasangan capres, yaa barangkali babak baru dan sejarah baru ada yang menjadi pengecut sebelum pertandingan usai atau karena lupa dia sedang tanding, atau karena itu benar bahwa sebenarnya manusia itu bodoh, dan munkin ini benar adanya karena scenario Tuhan untuk menguji manusia untuk lebih piawai dalam bertanding, belum lagi para pengecut yang jelas sudah menang, eh malah banyak menyerang bahkan memberikan bumbu yang tidak sedap bahkan mencela pasangan capres yang mundur, lalu bagaimana tanggung jawab moral bangsa ini, kita masih merah putih kan kawan-kawan (Jokowi lovers/Prabowo mania) dan para kompasianer? Sudahlah kita kan boleh beropini, bercerita ngalor ngidul tapi semoga saja ini menjadi awal bagi kita untuk lebih selektif, ketika mau memilah dan mimilih perpaduan kata yang penuh kontradiksi tentunya.

Dan saya tidak mau kecewa, begitu juga kawan-kawan kompasianer nda mau kecewa kan? Mari kita fokus pada apa yang sedang kita lakukan di dunia perdesaan atau didunia maya sekalipun hanya karena niat ingin bahagia dunia akhirat dengan sedikit berbuat untuk negeri dan penghuninya, ituah kenapa saya tidak akan berharap banyak kepada presiden baru atau siapapun kalian yang memiliki kekuasaan, saya hanya akan berharap kepada Tuhan saya Allah SWT, karena petunjuknyalah kita untuk selalu berdo’a dan terus berusaha semaksimal mungkin untuk natinya akan ketemu dengan orang-orang yang berjiwa besar bukan bersua dengan mereka yang menjadi pengecut dan semoga kita akan ketemu dengan pemenang sebelum nanti kita akan menang sejatinya. Wallahu A’lam Bissawab.

[caption id="attachment_316521" align="aligncenter" width="150" caption="pelampiasan utk kambing_koleksi pribadi"]

14061047951701630587

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline