Lihat ke Halaman Asli

Caper dan Pansos, Antara Pengakuan dan Kesia-siaan

Diperbarui: 4 Juni 2023   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Samantha Garrote | Pexels

Caper dan pansos, adalah dua fenomena yang kerap terlihat dalam kehidupan sehari-hari di zaman now. Bagi sebagian orang, kedua hal tersebut dapat menjadi alat untuk mencari perhatian atau mendapatkan popularitas di tengah masyarakat.

Namun, dalam pengalaman pribadi saya, caper dan pansos justru meninggalkan kesan yang kurang menyenangkan.

Saya pernah mengikuti sebuah acara komunitas yang dihadiri oleh sejumlah orang dengan berbagai latar belakang. Di antara mereka, ada individu yang sering melakukan caper.

Ia selalu berusaha menonjolkan diri, mencari perhatian dengan cara yang kurang menyenangkan. Ia kerap memotong pembicaraan orang lain, menceritakan pengalaman-pengalamannya yang lebih menonjol, atau bahkan berbicara dengan suara yang lebih keras dari yang lain.

Usahanya untuk mencuri perhatian sebenarnya tidak membuat orang terkesan, tetapi malah menciptakan ketidaknyamanan dalam suasana acara.

Di sisi lain, ada juga mereka yang gemar melakukan pansos. Mereka menggunakan media sosial sebagai alat untuk menunjukkan diri mereka yang dianggap lebih istimewa daripada orang lain.

Mereka selalu memamerkan apa yang mereka miliki, tempat-tempat mewah yang mereka kunjungi, atau pertemuan dengan tokoh terkenal.

Mereka sering kali terlalu sibuk mencari pengakuan dari orang lain, sehingga lupa akan nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya. Dalam pengalaman saya, caper dan pansos hanya mencerminkan ketidakpercayaan diri dan kebutuhan akan validasi dari orang lain.

Seseorang yang benar-benar percaya pada dirinya tidak perlu berusaha keras untuk mencuri perhatian atau mendapatkan popularitas. Sebaliknya, mereka dapat fokus pada pengembangan diri dan memberikan kontribusi positif kepada orang lain.

Seorang pelaku pansos seolah berusaha mengubah dirinya menjadi manusia setengah ikan, dengan mengenakan sirip palsu dan mengumbar aksi di kolam renang umum, semata untuk mencuri perhatian orang-orang yang sedang berenang.

Melalui pengalaman tersebut, saya belajar bahwa mencari perhatian atau popularitas semata tidak akan membawa kebahagiaan yang sejati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline