Lihat ke Halaman Asli

Sari Sekartaji

Selalu belajar dan ingin tahu

Multiply Marketplace dan Tricky-nya Bisnis Online di Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar April dan Mei 2011, saya mendapatkan telepon. Suara di telepon mengaku dari Multiply dan mengundang saya (sebagai pemilik toko online), untuk menghadiri acara peluncuran Multiply Marketplace Indonesia di Grand Indonesia, Jakarta. Di telepon saya dijelaskan bahwa sekarang Multiply meluncurkan bidang khusus untuk e-commerce dan mengundang agar pemilik toko online membuka account di Multiply.

Merasa tidak ada ruginya berangkat, ditambah saya juga ingin tahu, saya berangkat memenuhi undangan tersebut. Rupanya Multiply seperti penjelasan di telepon, memang meluncurkan Multiply Marketplace, sebuah line khusus toko online. Di situ diterangkan keunggulannya, hampir seluruhnya mirip penjelasan teknis sebuah toko online, hanya saja di situ keunggulan utamanya adalah apabila pemilik toko online menjadi Trusted Seller (Penjual Tepercaya), maka akan ada jaminan keamanan transaksi dari Multiply.

Yang dimaksud jaminan keamanan transaksi, yaitu apabila penjual tidak mengirimkan barang atau kualitas tidak sesuai yang dijanjikan, Multiply akan mengganti uang yang dikeluarkan pembeli. Bagi pemilik toko online, jaminan ini menguntungkan, karena meningkatkan kepercayaan pembeli. Saya sebenarnya senang kalau ada wadah atau lembaga yang mengeluarkan sertifikasi untuk toko online, sehingga dapat menjadi pembeda antara toko online yang benar dan scammer alias penipu.

Namun kenyataannya, tidak semulus yang diharapkan, setelah beberapa waktu bergabung, penjualan melalui Multiply Marketplace tidak sebanyak dari Facebook, kurang dari 5% total penjualan melalui Facebook. Mungkin hal itu disebabkan karena:

Lelet

Halaman depan, bahkan akun multiply saya, lama baru terbuka penuh. Berbeda dengan Facebook yang ringan. Untuk mengunggah foto harus satu per satu, saya bandingkan saya bisa mengunggah 20 foto di Facebook lengkap dengan penjelasannya, sedangkan di Multiply baru 5 foto, karena lama.

Ribet

Pelanggan Indonesia menyukai hal-hal mudah, walaupun sebenarnya kurang aman. Mereka lebih suka pesan memakai SMS atau BBM, bebas mau bongkar pasang pesanan, sedangkan kalau transaksi di Multiply (atau toko online manapun yang berbasis  e- commerce) tidak dapat melakukan edit pesanan.

Walaupun pemakai internet di Indonesia semakin meningkat, belum tentu dengan kepiawaian orang dalam menggunakan internet. Banyak kok orang yang email dan Facebook-nya dibuatkan penjaga warnet. Jadi kalau transaksi ke toko online dimana harus isi formulir dan centang ini-itu, pilih menu itu, ada dropbox, kalau salah harus ulang dari awal, jarang yang mau kecuali yang benar-benar melek internet. Sayangnya antara melek internet dan kemauan (dan yang paling penting kemampuan) untuk membeli barang, tidak ada hubungannya.

Saya punya pelanggan, yang bagaimana cara menuliskan emailnya saja tidak tahu, tapi jangan salah, belanjanya oke bro.

Ternyata Berbelit-belit

Multiply mempunyai beberapa cara pembayaran. Walaupun sudah dengan banyak cara, tapi rupanya belum tentu calon pelanggan punya salah satunya Kalau tidak salah bisa dibayar pakai Mandiri, BCA, Kartu Kredit, dan XL card.

Rupanya ada pelanggan yang mentransfer dari bank lain ke rekening Mandiri Multiply, yang ternyata cara itu tidak disarankan. Seharusnya dibayar dengan ATM Mandiri dengan memilih menu multipayment, tapi masalahnya pelanggan tersebut tidak punya Mandiri. Setelah tindak lanjut kesana-kemari yang bikin capek hati, akhirnya transaksi tersebut kelar juga setelah dua minggu. Aneh juga Multiply, apa tidak memperhitungkan bahwa di Indonesia banyak sekali bank?

Saya menjadi membayangkan, andaikan ada orang yang benar-benar klaim garansi Multiply, karena tidak puas dengan suatu toko online, apakah bisa mengklaim dengan mudah?  Sedangkan ini pelanggan benar-benar transfer, bisa menunjukkan bukti transfer, tapi berbelit-belit sekali.

Kurangnya Pasar

Ini yang paling penting menurut saya. Jumlah calon buyer yang kurang, sedangkan jumlah seller terus bertambah. Blunder yang dilakukan adalah menutup layanan blog. Padahal kalau saya amati kultur masyarakat Indonesia, berjualan adalah hobi komunitas. Coba lihat kalau ada ibu-ibu bergerombol, lama-kelamaan minimal salah satunya akan berjualan. Kalau sampai ada rombongan ibu-ibu dan tidak ada acara jual-jualan, pasti itu karena ada aturan yang melarang. Andaikan Kaskus suatu ketika mau menghapus forum dan menggantinya khusus FJB (Forum Jual Beli), tunggulah kehancurannya, begitu juga dengan Facebook. Ini berlaku di Indonesia ya, entahlah kalau di luar negeri.

Jadi menurut saya, berhadapan dengan pasar Indonesia ini gampang-gampang susah. Walaupun dengan modal besar, kalau tidak memahami psikologi pasar, bisa-bisa nyungsep seperti Multiply. Walaupun demikian, tetap menyimpan potensi pasar yang besar, sehingga cukup menjanjikan untuk dilakukan.

PS. Ohya, gambar di atas dipinjam dari blognya Pak Edwin, http://edwinlives4ever.com, yang dulu nge-blog di Multiply, relevan deh buat menggambarkan artikel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline