Lihat ke Halaman Asli

Sekarmadji

Mahasiswa Sastra Inggris UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Lagu "Would've Could've Should've" Taylor Swift, Isyaratkan Dampak Age Gap Relationship?

Diperbarui: 15 Desember 2022   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh


Apa yang muncul dipikiran Anda saat mendengar bahwa pacar teman Anda memiliki umur yang lebih tua 10 tahun dari dirinya? Banyak yang berpikir semakin dewasa patrner hidup kita, akan semakin terarah hidup kita kelak. Tidak jarang anak muda jaman sekarang memilih untuk menjalin hubungan dengan seseorang yang kurang lebih 10 tahun lebih tua darinya atau yang bisa disebut dengan age gap relationship.  


Fenomena age gap relationship ini kian mencuat dikalangan bintang hollywood terutama penyanyi-penyanyi kondang mereka. Salah satu kisah yang menarik untuk dibahas adalah milik Taylor Swift, sang penyanyi-penulis berbakat yang handal menuangkan ide dari kisah-kisah asmaranya kedalam lirik lagu miliknya. Bukan karena alasan, dalam interviewnya di Billboard Music Award 2013, ia berkata, "Nggak. Aku nggak pernah menyesal nulis lagu untuk mereka. Karena, kamu nggak akan nulis lagu tentang mantan kecuali kamu beneran nggak mau kenal mereka lagi." Nah, nampaknya Taylor Swift juga pernah mengalami fenomena age gap relationship ini ketika ia berusia 19 tahun. Pada masa belianya, Swift menjalin hubungan dengan penyanyi asal amerika, John Mayer yang rupanya berusia 32 tahun saat itu. Mereka dirumorkan berpacaran setelah merilis single kolaborasi yang berjudul "Half of Heart". Keduanya menjalin hubungan selama Desember 2009 hingga Februari 2010.


Lagu apa yang Taylor buat untuk John?

Sayangnya, tidak seperti di album Lover milik Swift dimana berisi lagu-lagu cinta tentang sang kekasih Joe Alwyn, lagu untuk John Mayer rupanya disematkan secara spesial di album terbaru Taylor Swift. Dalam album kesepuluh Swift yang bertajuk Midnights (3 AM Edition), lagu Would've Could've Should've berisi serangkaian kisah kelam pasangan ini. Taylor menggunakan nuansa yang tidak sehat dan religius untuk mengungkapkan penyesalan atas hubungan muda yang membuatnya sangat terluka. Ini mengacu pada tema-tema seperti yang ada di lagu sebelumnya "A Perfectly Good Heart" dan "Dear John", di mana kenaifan penyanyi juga diinjak-injak.

Perbedaan usia sangat dikritik pada saat itu, tetapi Taylor muda tetap berpegang teguh pada senjata pemberontaknya. Sekarang, dengan lebih dari satu dekade pengalaman terakumulasi sejak akhir hubungan, Taylor menyesalinya, mengingat ketidakseimbangan kekuatannya, pengambilan kepolosannya yang terlalu cepat, dan trauma abadi yang dia pertahankan darinya. Dia menyesali bahwa dia dapat melompat terlalu cepat ke hal-hal yang seharusnya dia lakukan dengan waktu luangnya.


Dalam liriknya, ia menyampaikan:


If you would've blinked, then I would've

Looked away at the first glance

If you tasted poison,youcould've

Spit me outat the first chance

And if Iwas some paint, did it splatter

On a promising grown man?

And if I was a child, did it matter

If you got to wash your hands?

 

Hubungan age gap yang ideal nampaknya belum tentu dapat terwujud, lantaran beberapa orang dewasa, dapat berlaku "manipulatif" kemudian melimpahkan sifat ketidakdewasaan mereka kepada yang lebih muda. Sikap manipulatif merupakan bentuk jenis sosial yang bertujuan mengubah perilaku atau persepsi seseorang dengan melakukan kekasaran, penipuan, dan penyembunyian fakta (Braiker & Harriet, 2004). Perilaku manipulatif merupakan perilaku yang dilakukan oleh seseorang agar mencapai suatu keinginnanya, yang dimana perilaku ini dapat merugikan orang lain. Biasanya seseorang yang manipulatif akan mengendalikan pikiran dan perilaku seseorang untuk mendapatkan keuntungannya. Orang yang memiliki sifat manipulatif ini akan menyerang bagian mental dan sisi emosional orang lain, dan akan membuat orang lain tersebut merasa bersalah hingga akan meragukan dirinya. Manipulatif dalam hubungan biasanya ditandai dengan seringnya pasangan memutar balikan fakta, tindakan, keinginan dan mengungkit kesalahan yang telah lalu, hal ini dilakukan agar membuat pasangannya jadi merasa bersalah.


Pelaku dalam lagu ini berusaha untuk mencuci tangan dari setiap pertanggungjawaban atas tindakannya dalam hubungan tersebut. Sikap Taylor yang mempertanyakan apakah seseorang dapat menjadi tidak bersalah atau kebal dari dosa jika korbannya adalah seorang anak merupakan dampak dari hubungan age gap itu sendiri. Dilansir dari artikel Fatherly, "What Is the Ideal Age Gap for a Happy Marriage?" Penulis Laura Vinopal mengemukakan bahwa pasangan dengan beda usia kurang dari 10 tahun berpeluang 3% untuk berpisah. Sedang mereka yang terpaut usia 10 tahun memiliki peluang lebih tinggi untuk yaitu 39%. Semakin jauh gap umur antar pasangan, maka semakin besar peluang mereka berpisah dikarenakan ketidakpuasan salah satu pasangan dikemudian hari. Dalam kasus ini, Taylor merasa kenaifan dan kekanak-kanakan seseorang bisa dimanfaatkan karena usianya.  Begitu juga dalam frasa "promising GROWN man" menegaskan fakta bahwa orang yang dia nyanyikan jelas sudah dewasa, namun ia menunjukkan ketidakdewasaan atau kenaifan sebagai alasan untuk berperilaku buruk. Swift seperti mengatakan, dia cukup tua untuk mengetahui dan berbuat lebih baik dan dapat memimpin sebagaimana orang dewasa seharusnya. He should've known! (Dia seharusnya tau!)


Taylor kemudian melanjutkan di chorus dari lagu tersebut:


I would've stayed on my knees

And I damn sure never would've danced with the devil

At nineteen

And the God's honest truth is that the pain was heaven

And now that I'm grown, I'm scared of ghosts

Memories feel like weapons

And now that I know, I wish you'd left me wondering

 

Sedikit pembelajaran yang bisa kita petik dari lirik diatas adalah sikap manipulatif benar-benar bisa menipu kita, terlebih terhadap para remaja. Orang dewasa jelas tau bagaimana harus bertindak atau berbuat, namun anak-anak hanya bisa melihat dan mengikuti. Taylor Swift dengan jelas menyesali keputusannya, diimplementasikan dalam lirik "I damn sure never would've dance with the devil at nineteen", bagaimana hubungan tersebut terasa indah dan menyenangkan karena orang yang lebih dewasa cenderung mengerti bagaimana harus bertindak namun hal tersebut berkontradiksi dengan kenyataan bahwa hubungan yang terpaut usia ini adalah tidak sehat dan cenderung toxic bagi partner yang lebih muda. "Dalam beberapa kasus, paksaan dan kontrol dapat menjadi alasan untuk konfrontasi. Usia dapat membuat pasangan yang lebih muda lebih rentan dalam hal menjadi lebih bergantung pada pasangan yang lebih tua," ucap Dr Daria J. Kuss, salah satu asisten profesor Psikologi pada salah satu inteviewnya dengan Cosmopolitan UK. 


Dampak lain yang mungkin cukup merugikan bagi para penyintas age gap relationship ialah kerugian psikologis yang mungkin dialami seperti depresi, tekanan, kecemasan, dan ketakutan. Dalam liriknya, Swift melukiskan perspektif dirinya sebagai orang dewasa juga, ia mempunyai ketakukan kepada "ghost". Bukan secara literal, namun "ghost" disini merujuk kepada trauma dalam memula hubungan baru, karena mereka bisa berakhir separah yang disebutkan dalam lagu itu. Dia takut orang-orang menghantuinya dan meninggalkan perasaannya seperti sekarang.

 

Part yang di highlight dari lagu Would've Could've Should've  

If clarity's in death, then why won't this die?

Years of tearing down our banners, you and I

Living for the thrill of hitting you where it hurts

Give me back my girlhood, it was mine first


Pada akhirnya, Pengalaman ini memaksa Swift untuk tumbuh lebih cepat dari yang seharusnya, mengakhiri "masa remajanya". Dia menyesalinya, bukan hanya karena hubungannya tidak sehat, tetapi karena dia adalah pria dewasa yang memutuskan untuk berkencan dengan seseorang yang hanya seorang "perempuan", memanfaatkan perbedaan usia mereka dan mengakibatkan ketidakseimbangan kekuatan. Hal krusial lainnya ialah hilangnya kesempatan untuk mengeksplor dunia luar sebagai remaja. Swift harus melalui semua tempaan emosi di usianya yang masih sangat belia. Sikap manipulatif kekasihnya, begitu juga judgemental dari masyarakat yang mengganggap age gap relationship itu tabu.


Hubungan perbedaan usia memang tidak sesederhana itu, hubungan ini lebih sulit dipertahankan daripada hubungan dengan perbedaan usia yang lebih kecil, Oleh karena itu, berkencanlah dengan siapa saja yang memenuhi kriteria. Hindari orang-orang yang manipulatif dan kontradiktif. Gunakan waktu sebaik mungkin untuk mengeksplorasi diri dan dunia. Jalinlah hubungan dengan orang yang bersedia bekerja keras dalam hubungan dan membuat satu sama lain bahagia, maka akan tercipta hubungan yang sehat dan awet.  





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline