Sunan Gunung Jati merupakan salah satu seorang ulama dari Wali Songo. Majelis pendakwah Islam Indonesia pada 14 Masehi. Memiliki gelar sebagai Susuhunan Jati. Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Syekh Syarif Hidayatullah. Sunan Gunung Jati merupakan putra dari Sultan Syarif Abdullah bin Ali Nur Alim. Sejak saat kecil sudah tampak kecerdasan dan ketekunan beliau dalam menuntut ilmu terkhusus Ilmu Agama Islam. Karena ketekunannya dalam menuntut ilmu agama ibunda beliau mengizinkan Sunan Gunung Jati untuk belajar di Mekkah. Di tanah suci Sunan Gunung Jati belajar dengan Syekh Tajudin Al-Qurthubi. Setelah beberapa waktu belajar di Mekkah Kemudian beliau berangkat ke Mesir untuk belajar dengan Syekh Muhammad Athaillah, yang bermazhab Syafi'i dan mempelajari ilmu tasawuf.
Syekh Muhammad Athaillah memberikan arahan kepada Sunan Gunung Jati untuk pulang ke nusantara dan berguru kepada Syekh Maulana Ishak dipasai, Aceh. Setelah itu beliau pesantren di Karawang, Kudus hingga AmpelDenta di Surabaya yang pemiliknya ialah Sunan Ampel. Sunan Ampel meminta Syarif Hidayatullah untuk menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon. Di Cirebon ia menjadi guru agama menggantikan Syekh Datuk Kahfi di Gunung Sembung.
Selama mengajar di Cirebon Syarif Hidayatullah menikah dengan Nyi Ratu Pakungwati, yang merupakan putri dari Pangeran Cakrabuana atau Haji Abdullah iman yang memimpin kerajaan Cirebon pada saat itu.
Pada saat di Cirebon Syarif Hidayatullah membangun pondok pesantren dan mengajarkan agama Islam kepada masyarakat di sekitar. Syarif Hidayatullah memiliki julukan daripada santrinya yaitu Maulana Jati atau Syekh Jati. Karena Syarif Hidayatullah berdakwah di bawah kaki Gunung Jati Ia pun dijuluki dengan Syekh Gunung Jati.
Setelah Pangeran Cakrabuana wafat tahta kerajaan dilanjutkan oleh Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) sebagai pemegang tahta kerajaan Cirebon. Pada pemerintahan Sunan Gunung Jati agama Islam berkembang sangat pesat di Cirebon, Sunda Kelapa, Banten dan daerah lain di Jawa Barat.
Untuk memperluas ajaran agama Islam Sunan Gunung Jati menikahi putri dari Bupati Kawungaten yaitu Nyi Ratu Kawungaten. Salah satu seorang anak dari Maulana Hasanudin yang melanjutkan dakwahnya yaitu Sultan Banten.
Cirebon juga diketahui menjalin kerjasama dengan Tiongkok. Sunan Gunung Jati menikahi putri dari Kaisar Cina Hong Gie dari Dinasti Ming yang bernama Ong Tien. Setelah menikah dengan Syarif Hidayatullah ia berganti nama menjadi Nyi Mas Rara Sumanding. Dakwah Islam yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati kian pesat dan maju dikarenakan beliau banyak menjalin kerjasama dengan kerajaan.
Sunan Gunung Jati menggunakan pendekatan sosial budaya untuk dakwahnya, yang membuat ajaran Islam dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. Dengan memperkuat kedudukan politik sekaligus memperluas hubungannya dengan tokoh yang berpengaruh di daerah Cirebon, Demak dan Banten maka cara dakwahnya makin kuat.
Pendekatan lain yang digunakan dalam berdakwah, yaitu: memperkuat kedudukan politik sekaligus memperluas hubungan dengan tokoh-tokoh yang berpengaruh di Cirebon, Banten dan Demak. Tidak hanya strategi dakwah dalam menyebarkan Islam, Ia melakukan berbagai upaya menaklukan wilayah-wilayah yang melakukan perlawanan dan memusuhi dakwah Islam.
Legitimasi kekuasaan politik, spiritual dari rakyat mendorongnya terus melanjutkan misi dakwahnya penuh keyakinan. Sebagai penguasa Cirebon, Sunan berhasil menaikkan kesejahteraan masyarakat sepanjang pesisir pantai Cirebon.
Tidak membutuhkan waktu lama Cirebon tumbuh menjadi kota yang ramai oleh perdagangan komoditas rempah-rempah hingga beras. Beberapa pedagang asing dari Gujarat, Cina datang ke Cirebon salah satunya Ma-Huan setelah Pelabuhan Muara Jati diperluas.