Lihat ke Halaman Asli

Ramadanku, Beda

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan kali ini, kembali aku di sini. Menikmati hiruk pikuk kesibukan menjelang adzan Magrib berkumandang, bukan sibuk di dapur bersama ibu memasak, tapi sibuk menekan tuts laptop. Rinduku pada rumah memang selalu datang pada momen perdana Ramadan seperti kali ini. Tapi rindu itu berubah samar saat aku menyadari di tempat ini berjuta kesan menggoreskan cerita istimewa tak terlupakan di hati.

Ini adalah tahun ke lima aku menikmati Rmadan di sini, di Adi Sucipto 190. Sebuah kantor biasa, yang punya kebiasaan buka bersama setiap hari, pengajian dan pelatihan shalat khusyuk pada hari tertentu, juga shalat tarawih "lewat" jam isya. Ya, lewat jam isya. Karena terpancang deadline, shalat isya dan tarawih di kantor ini selalu dihelat selepas rapat malam. Kira-kira 30 menit setelah jamaah di masjid/mushala lain memulai ibadah shalat sya mereka.

Buka bersama selaku dilakukan di ruang kosong depan mushala. Ruang yang biasanya dijadikan tempat parkir sepeda motor tersebut disulap menjadi semacam teras masjid. Bagian rumah tangga meletakkan karpet biru sebagai alas. Lalu, setiap kali adzan magrib bergema, serta merta kami akan meninggalkan pekerjaan apapun yang tengah kami lakukan dan bergegas ke mushala.

Di mushala, seperti anak ayam yang mengerubuti induknya, aku juga kawan-kawan akan mengerumuni nasi kotak, kolak/es buah, juga termos besar berisi es batu untuk mengambil jatah kami. Sering kali canda muncul di antara aktivitas tersebut. Karena, kami tak pernah bisa urut, saling serobot saja. Dan itu yang membuat cerita berbuka di kantor ini menjadi menarik. Setelah mendapat bagian dan menikmati makan, giliran kami komentari menu berbuka hari itu. "Sekarang ayam goreng bumbu pedas plus udang, besok apa ya?" hehehe..

Usai berbuka, shalat magrib pun dihelat. Biasanya shalat magrib dilakukan beberapa kali/giliran menyesuaikan jumlah jamaah. Selanjutnya, tinggal menunggu jam shalat isya dan taraweh. Jika di tempat lain shalat dimulai sekitar pukul 19.00 WIB, di tempatku beda. Shalat isya dimulai pukul 19.30 WIB, sesaat setelah rapat malam digelar. Adzan isya tetap diperdengarkan sesuai jam di masjid sekitar. Tapi panggilan untuk shalat isya kembali diulangi lewat pengeras suara. "Bagi yang ingin menunaikan shalat isya & taraweh di mushala kantor, shalat akan segera dimulai" kalimat ini biasanya terdengar di seantero kantor, disusul puluhan pasang kaki melangkah menuju mushala di lantai bawah.

Kesannya ibadah "harus" mengikuti aktivitas kami ya? Itu hanya kesan. Sejatinya, fleksibilitas ini mengingatkanku betapa Allah menurunkan Islam & rangkaian ibadahnya agar dijalankan dengan mudah. Agar kaki-kaki tak berat saat melangkah menuju padaNya. Agar dunia & akhirat berjalan beriringan tanpa saling menciderai. Ini membuktikan bahwa Allah memang Maha Baik. Alhamdulillah. Terima kasih untuk cerita Ramadan ini, cerita yang beda, beda dari yang lain.

#1 Agustus, puasa pertama di Ramadan tahun ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline