Lihat ke Halaman Asli

Erina, Kekasih Sempurna

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terik semakin menggigit. Debu kendaraan bersenyawa dengan panas membekap tubuhnya. Di depan Stasiun Balapan ini, dia, 50 tahun, belum beristri, menanti rezeki.

.

Tiga perjalanan kereta lewat sudah. Belum ada yang memanggilnya dan menanyakan kalimat ajaib, "Ke Pasar Klewer berapa, Pak?"

.

Saat mendekatinya, hanya untuk mengajaknya berbincang, ku pikir dia akan menimpukku dengan kata-kata ketus. Tapi tidak. Aku salah. Dia tersenyum menyambut. Dia membuka tangannya lebar, menyilahkan aku duduk di salah satu bangku kayunya. Bangku itu berderit saat kakiku melangkah.

.

Namanya Warsidi. Garis takdirnya tak seberuntung orang-orang. Dia belum menikah di usia 50 tahun. Tapi dia bahagia. Kebahagiaan datang padanya setelah ia memutuskan berhenti dari kecemasan disebut jejaka tua tak laku kawin.

.

Meski tak beristri, dia punya kekasih gelap. Gelap bukan istilah. Gelap itu untuk menyebut warna kulit kekasihnya, Erina, yang memang berwarna gelap kecoklatan. Erina punya rambut lebat yang berkilau diguyur sinar mentari.

.

Erina sempurna, sangat sempurna untuk dijadikan kekasih. Dia tak banyak menuntut. Rp 15.000/hari cukup baginya untuk biaya makan dan merawat diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline