Lihat ke Halaman Asli

Sekar Ayu

Manusia Kecil Berharap Bisa Bermanfaat Besar.

Perempuan Berdaya, Perempuan yang Mampu dan Yakin untuk Memilih

Diperbarui: 18 Maret 2022   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.azquotes.com/author/3506-Marie_Curie

Saya selalu berpikir, bagaimana jika pilihan setiap perempuan seragam? bagaimana jika semua perempuan memutuskan untuk bekerja 9 to 5 pm di luar rumah, atau semua memilih menjadi ibu rumah tangga? rasanya jadi aneh ya. 

Karena dalam kehidupan tidak ada keseragaman, semua memiliki ceritanya, alurnya dan prosesnya masing-masing. Namun yang harus menjadi catatan adalah keseragaman untuk mempunyai hak memilih tanpa paksaan, tuntuan atau kecemasan apapun. 

Kita sering mendengar kalimat empowered woman atau dalam bahasa Indonesia berarti perempuan berdaya. Well, pertama kita harus memiliki pemahaman apa yang dimaksud dengan perempuan berdaya. 

Daya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti, kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak: bangsa yang tidak bersatu tidak akan mempunyai -- untuk menghadapi agresi dari luar; 2 kekuatan; tenaga (yang menyebabkan sesuatu bergerak dan sebagainya); 3 muslihat: ia melakukan segala tipu -- untuk mencapai maksudnya; 4 akal; ikhtiar; upaya: ia berusaha dengan segala -- yang ada padanya;

sedangkan perempuan artinya adalah, perempuan/pe*rem*pu*an/ n 1 orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui; wanita; 2 istri; bini: -- nya sedang hamil; 3 betina (khusus untuk hewan);bunyi -- di air, pb ramai (gaduh sekali).

Jadi dapat diartikan perempuan berdaya adalah manusia yang mempunyai kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak. 

Hal ini mungkin banyak  disalahartikan perempuan berdaya harus bekerja, harus mandiri secara finansial, bahkan mungkin perempuan berdaya adalah perempuan yang tidak takut pada apapun "alpha female". 

Standar sosial yang ada menunut perempuan, terutama ibu untuk dapat berperan dalam segala aspek kehidupan. Sebut saja perannya sebagai Ibu, Istri (pasangan), Keluarga, dan masyarakat sosial. 

Peran-peran itu tidak jarang akhirnya membuat expetasi terhadap perempuan, Istri/Ibu menjadi besar. Perempuan harus mampu mengurus rumah, menjadi pendengar suami, mengatur kebutuhan rumah tangga, sampai urusan memasak. Adanya tuntutan akan expetasi sosial ini akhirnya membentuk pola pikir kita, merasa tidak sempurna ketika kita tidak mampu memenuhi expetasi itu. 

Padahal untuk mampu berperan besar seperti itu, kita perlu kendaraan yang kuat dan kokoh yaitu diri sendiri. Kita sering sekali melupakan siapa kita, mau apa kita dan fokus pada pencapaian yang membuat orang lain tenang. Sebut saja, keharusan untuk mampu memasak agar dibilang istri yang sempurna. 

Akhirnya kita jadi sering menghakimi diri sendiri dengan bilang, "Lo gak bisa kayak dia, dia bisa tuh kerja kantoran tapi juga bisa ngurus suami dirumah, masak dll" atau "Gila ya, sampai sekarang gue gak bisa masak. selalu aja dapat komplain dari mertua dari orang tua." atau "Udah lama nikah belum punya anak, kayaknya gue emang  bukan perempuan sempurna". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline