Jodoh ditangan Tuhan. Kalimat ini pasti sudah sangat sering anda dengar, dan merupakan kalimat klise penyemangat hati untuk terus berupaya dalam mencari sang belahan jiwa. Semua perkara ghaib jodoh, rezeki dan maut bagi seorang muslim sudah tertulis dalam Lauh Mahfudz dimana manusia tidak berhak untuk menanyakan akan tetapi diwajibkan untuk senantiasa berikhtiar. Sampai dimana ikhtiar itu akan berakhir? Wallahuallam..
Sudah terlalu sering saya mendengar cerita dari para sahabat yang mengurai air mata dalam mencari sang pujaan hati yang kelak akan menjadi imam mereka. Jalan apa yang telah mereka tempuh dan lalui demi menyempurnakan separuh agamanya. Tidak urung saya pun ikut menangis karena bukan hanya kesenangan semu yang diinginkan, bukan pula harta yang mereka butuhkan, hanya seorang pria yang memenuhi karakter sederhana yaitu soleh dan bertanggung jawab.
Mengapa begitu sulit untuk menemukannya?
Tidak bisa dipungkiri perbandingan pria dan wanita di dunia ini yang tidak berimbang sudah menunjukkan bahwa wanita harus berupaya ekstra untuk mendapatkan pasangan sehidup, semati, sejiwa (mungkin itu pula yang menyebabkan Tuhan mengizinkan seorang laki-laki untuk beristri lebih dari satu. Kesannya memang tidak adil, tapi sungguh Tuhan Maha Adil karena Tuhan tentu tidak hanya akan memikirkan diriNya sendiri, lain halnya dengan manusia). Saya sekarang tidak akan membahas ketentuan Allah tentang poligami (mungkin lain kali?) tapi bagaimana para wanita dan pria (yang kebanyakan wanita) berupaya mencari The One.
Lantas proporsi yang tidak seimbangkah yang menjadi penyebabnya?
Dari berberapa hal yang saya cermati, saya tonton, saya baca dan saya dengar semuanya kembali kepada rendahnya komitmen dan ketegasan dari salah satu atau kedua belah pihak ketika menjalani suatu hubungan. Mengapa manusia begitu lemah terhadap godaan? Mengapa manusia begitu tdak berprinsip? Mengapa manusia rela menjadi BODOH jika sudah menyangkut perkara jodoh? Saya sungguh heran jika melihat bagaimana sukses dan hebatnya seseorang dalam meniti karir tapi tidak demikian dengan kehidupan rumah tangga atau percintaannya. A really big question for me?
Bisa jadi seseorang begitu kuat dan teguh dalam ber-KOMITMEN tapi tidak demikian dengan pasangannya. Banyak faktor yang menyebabkan, mulai dari godaan wanita/pria lain, orang tua, harta dll. Saat itulah kita mulai BERPIKIR mungkin kita telah salah memilih pasangan, dan disaat itu pula kita membutuhkan KETEGASAN, baik terhadap diri kita sendiri dan hubungan kita.
Ketegasan itu membutuhkan KEBERANIAN sehingga bisa memutuskan untuk mengakhiri dan memulai kembali. Jangan pernah merasa takut! Emangnya enak digantung? Disia-siakan? di-PHP in? Ketegasan itu tentu tidak akan kita peroleh jika kita tidak keras terhadap diri kita sendiri yang artinya sikap itu tidak akan bisa dimiliki oleh ORANG_ORANG LEMAH. Jika selama menjalin hubungan kita sudah berkomitmen, tegas dan senantiasa menitipkan pasangan kita kepada Tuhan untuk selalu menjaganya, Insya Allah semuanya akan bermuara ke pernikahan. Insya Allah.
Bagaimana cara mencari pasangan yang tepat?
Pertama, Luruskan niat. Berhentilah bermain-main. Jika yang kita cari hanya perasaan berdebar-debar, chemistry, indahnya jatuh cinta, maka kita masih hidup di dunia khayalan dan belum siap dengan kenyataan. Karena sejatinya mencari orang yang tepat menjadi pasangan hidup kita tidak membutuhkan hal-hal DANGKAL seperti itu. Terlebih lagi, jangan menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya saja. Seriuslah! Cobalah untuk melihat ke dalam, karakter dan sifat yang bisa membawa kita menuju kebaikan dunia dan akhirat. Harta dan kerupawanan hanya bersifat sementara janganlah dijadikan patokan dalam mencari belahan jiwa, karena jika itu yang kita cari niscaya itulah yang akan kita dapatkan dan apabila roda mulai berputar tentu kita akan kecewa karena tidak mampu mempertahankan. Begitu banyak laki-laki dan perempuan yang ada disekitar kita, buka mata dan hati lalu beranilah untuk memulai/menerima jika kita melihat adanya AKHLAK/AGAMA yang baik yang dimiliki diri seseorang itu, hanya itu!
Kedua, cobalah untuk berkaca dan menilai sebaik apa diri kita. Apakah kita sudah cukup baik untuk mendapatkan pasangan yang baik? Jika belum, teruslah berusaha memperbaiki diri. Seorang penjahat pun ingin pasangan hidup yang baik. Jadi Lucu jika kita menginginkan seorang suami/istri yang soleh/soleha sementara kita sendiri beribadah saja malas.
Ketiga, jangan terlalu berlebihan dalam mencintai seseorang. Tuhan tentu akan marah jika cinta kita terhadap hambaNya melebihi cinta kita kepada diriNya, maka sia-sialah perjuangan kita. Libatkan Tuhan dalam setiap hubungan kita. Senantiasa ingat bahwa Tuhanlah sang maha pembolak-balik hati. Sekuat apapun kita berusaha, sekuat apapun kita berkomitmen jika Tuhan melihat cinta kita yang melampaui batas hingga melupakan diriNYa, yakinlah semuanya akan berbalik arah. Betapa kita takut kehilangan pasangan kita, betapa kita mencemaskan dirinya, mengkhawatirkan dirinya, mencintainya, menyayanginya, ingatlah jangan sampai berlebihan. Sisakan tempat dihati kita untukNYa.
Karena perasaan tersebut tidak sepantasnya kita tumpahkan, kita curahkan kepada pasangan yang belum menjadi suami/istri kita. Tidak ada ikatan yang mewajibkan kita untuk merasa takut kehilangan, khawatir bahkan cinta, tidak ada! Jadi rasanya KONYOL jika ada manusia yang begitu mudahnya dibutakan perasaan padahal itu bukanlah pasangan hidup kita yang akan selamanya mendampingi kita!
Apakah terkesan dingin dan tidak berperasaan? Bukan, tapi hanya bermain dengan LOGIKA. Bagaimana logika dalam perasaan berkembang tak bisa lepas dari ingatnya kita kepada diriNYA! Kita boleh merasa takut kehilangan, khawatir, cemas dan merasakan cinta terhadap pasangan hidup kita, hanya terhadap pasangan hidup kita TITIK, tidak bisa ditawar, dengan demikian emosi-emosi yang tidak diperlukan dan mengancam batas kewajaran dalam hubungan sebelum pernikahan akan bisa kita singkirkan.
Semuanya terasa wajar dan pantas karena pasangan hidup kitalah yang akan tumbuh tua bersama, membesarkan anak, berbagi suka duka dan beratnya perjuangan hidup yang akan senantiasa berada disamping kita. Bukan pacar atau tunangan! Tapi tetap harus diingat cinta sejati kita hanyalah kepada Allah SWT. Bukan istri/suami, anak, bahkan harta.
Jalanilah semua hubungan kita dengan sepenuh hati, dengan ketegasan, komitmen dan prinsip yang kuat. Otak pasti mampu mencerna apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan. Jangan pernah bermain-main dengan hati karena setangguh apapun manusia itu pasti akan kewalahan juga. Jangan heran jika melihat seseorang yang sukses ditempat kerja tapi hubungan/rumah tangganya berantakan karena sebenarnya mereka hanyalah orang-orang bodoh yang terlalu dikendalikan oleh nafsu.
Terakhir, berdoalah. Mintalah apa yang kita inginkan sejalan dengan apa yang terbaik yang Tuhan berikan untuk kita. Jika tidak, mohonlah untuk diberi kekuatan dan kesabaran agar mampu menerima apapun yang Tuhan tetapkan, karena Dialah yang maha mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hambaNya.
Saya, sebagai penulis pun tentu saja jauh dari kata sempurna. Hanya mampu menyampaikan pendapat, dan bagaimana prakteknya nanti, saya tidak tahu. Tapi sebisa mungkin saya akan berusaha untuk hidup sejalan dengan pemikiran yang telah saya utarakan di atas, pemikiran sederhana yang berusaha saya bagi kepada yang berminat dan berkenan untuk membaca. Memang sulit tapi bukan tidak mungkin. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H