Lihat ke Halaman Asli

Menulis (Fiksi yang Bagus) Itu Susah [Bagian 3]

Diperbarui: 10 Desember 2019   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi membaca karya fiksi (sumber: pixabay.com)

Memilih Nama Untuk Tokoh Fiksimu

Permintaan untuk topik ini sebenarnya sudah beberapa waktu lalu muncul di dinding grup Facebook Fiksiana Community. Hanya saja, saya baru bisa menyajikannya sekarang. Harap maklum, jadwal emak-emak merangkap so(k)sialita sungguh padat merayap bagaikan cecak-cecak di dinding. *eh, gimana?

Apalah artinya sebuah nama?

Tentu kalian sering mendengar pepatah itu. Ya, memang, nama bisa jadi tidak punya arti penting, tetapi bisa juga sangat perlu dipikirkan dan disematkan dengan saksama. Sekeren-kerennya panggilan sayang untuk pacar, ujung-ujungnya nyebut 'Mantan' juga kalau sudah putus. (Iya juga, ya, Moy?!) 

Namun, nama bisa sangat berarti untuk seruas jalan. Kalian tidak mungkin menyebut jalan-yang-ada-indoalfanya-sebelahan-sama-apotek-seger-waras untuk sebuah ruas jalan. 

Yah, kecuali beberapa orang, mungkin masih menggunakan cara itu ketika menerangkan ruas jalan yang ia maksud. Akan tetapi, berapa banyak orang yang hafal bahwa Toko Indoalfa letaknya bersebelahan dengan Apotek Seger Waras? Maka, perlu sebuah nama untuk menyingkat semua drama yang mungkin terjadi.

Lagi deh, misalnya kalian punya binatang peliharaan seekor ayam jago yang kluruk-nya bisa menjangkau wilayah satu kecamatan. Kalian namai ayam itu dengan sebutan Jackie the Great

Suatu hari, kalian melihat Jackie the Great berdiri dengan anggunnya di teras. Hanya saja, keanggunan itu musnah ketika kalian melihat ia buang hajat dengan khidmatnya. Lalu, terjadinya. 

Mulut kalian merepet lebih dulu ketimbang mengingat nama si ayam jago. "Dasar ayam dodol! Nelek nggak liat tempat!" seru kalian sambil mengacungkan sapu tebah ke arah si ayam. Namun, nama bisa sangat berarti untuk seorang anak manusia. Nama menjadi tak sekadar sebutan, melainkan tumpukan doa dan harapan orang tua.

Nah, berkaitan dengan penulisan karya fiksi, nama tokoh begitu pentingnya untuk disematkan. Si penulis serupa orang tua yang memberi nama untuk buah hatinya: penuh pengharapan bahwa si tokoh dapat menjalankan perannya dengan baik. 

Tak jarang, pembaca bisa menduga-duga dan membayangkan seperti apa karakter si tokoh hanya dengan melihat namanya. Lagi pula, kalian tidak bisa terus-menerus menyebutnya dengan kata ganti sepanjang naskah. (Ho-oh, Moy, ho-oh! Bisa puyeng baca 'dia' lagi, 'dia' lagi.)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline