Lihat ke Halaman Asli

Ketika Nyepi

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13325205021332325476

“Mengapa kau mematikan lampu malam ini?”

“Karena ini malam nyepi.”

“Tapi kau kan tidak merayakan nyepi.”

“Ya…, memang betul. Tapi apa salahnya kita ikut menghormati mereka yang sedang melaksanakan tapa brata penyepian.”

“Kau tidak takut gelap?”

“Tidak.”

“Suasana malam ini pasti sangat sepi. Apa itu tidak menyulitkanmu dalam beraktivitas?”

“Hmm… itu ada benarnya juga. Tapi terkadang… kau juga perlu merasakan malam nyepi, merasakan sunyi yang begitu dalam.”

“Aku pikir itu tidak ada gunanya. Toh aku bukan umat yang merayakan nyepi.”

“Sebagai manusia, setiap individu memerlukan waktu untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Kita perlu melihat, sudah berapa banyak hal positif yang kita lakukan, paling tidak untuk diri kita sendiri. Inilah malam dimana kita perlu melakukan evaluasi itu.”

“Apakah harus di malam nyepi kita melakukan hal itu?”

“Tidak. Kau bisa menciptakan silent day untuk dirimu sendiri. Kau bisa lakukan kapanpun kau mau. Luangkan waktu untuk dirimu sendiri merasakan sunyi dan gelap itu. Karena di saat itulah, mata hati kita sedikit terbuka untuk melihat segalanya.”

“Jadi… malam nyepi itu bukan hanya mengurung diri dalam gelap?”

“Sepertinya kau sudah sedikit paham tentang malam nyepi.”

“Ya…. Aku rasa begitu.”

--- happy silent day to my beloved friends Ni Putu Prima Septiani, Ni Nengah Sutarjani, and Ni Made Pitri Kurniawati ---




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline