Lihat ke Halaman Asli

Adab Berkirim Surel Permohonan Cetak Naskah ke Penerbit

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1413217917217272423

[caption id="attachment_366198" align="aligncenter" width="540" caption="Ilustrasi E-mail / openculture.com"][/caption]

Sebagai editor di sebuah penerbitan – juga ngerangkap jadi tukang review naskah temen-temen – saya sudah cukup banyak membaca. Dan, macam-macam pula yang saya temukan sejak saya nyemplung ke dunia fiksi. Mulai dari naskah kece nan seksi, sampe yang masuk kategori sotoy. Tapi, kali ini yang dibahas bukan soal gimana caranya nulis naskah kece nan seksi. Saya akan berbaik hati menganggap siapa pun yang membaca artikel ini udah pada hebring nulis naskahnya. Naik satu tingkat lagi, ini soal bagaimana basa-basi kalian ketika menyodorkan naskah ke penerbit.

Pertama, pastikan alamat surel penerbitnya nggak ketuker sama alamat surel pacar kalian ya. Kan bisa malu sampe ke ubun-ubun kalo beneran ketuker hihihi…

Kedua, salam pembuka. Ini cukup penting lho. Kalian nggak mungkin nyelonong gitu aja kalo masuk ke rumah orang lain, kan?! Apalagi sambil bawa-bawa granat (read: naskah). Oh, no!

Salam pembuka yang lazim dipakai, antara lain:


  1. Salam Hormat
  2. Dear Publisher ABC
  3. Yang terhormat admin Publisher ABC

Contoh: Dear Jentera Pustaka

Ketiga, kemukakan tujuan kalian mengirim surel. Tentunya dalam rangka menawarkan naskah kalian untuk diterbitkan. Maka, gunakanlah kalimat-kalimat yang tidak berkesan memerintah.

Contoh: Bersama surel ini, saya mengirimkan naskah untuk diterbitkan di Jentera Pustaka dalam bentuk buku cetak dan e-book. Naskah yang saya ajukan berjudul “Our Moments”, merupakan novel yang diperuntukkan bagi pembaca dewasa muda. File terlampir.

Keempat, sertakan pula sinopsis dan narasi singkat mengenai keunggulan naskah. Sinopsis amat penting. Sebab, reviewer tidak mungkin langsung membaca naskah kalian yang panjangnya bisa nyaingin jembatan suramadu (eeaaa…). Reviewer pasti akan membaca lebih dulu sinopsisnya agar tahu naskah macam apa yang ada di tangannya saat itu. Sinopsis lazimnya tidak lebih dari dua halaman. Dari situ, biasanya reviewer sudah bisa menilai apakah naskah tersebut layak terbit atau tidak. Sinopsis bisa ditulis di file yang berbeda dengan naskah.

Jika reviewer sudah terpikat dengan sinopsis kalian, maka yang poin berikutnya yang menentukan adalah narasi keunggulan naskah. Nggak perlu panjang-panjang. Beberapa paragraf pun cukup. Kenapa narasi ini penting? Bukannya nggak mungkin dua otak yang berbeda memiliki ide cerita yang sama. Mungkin sudah ribuan novel bercerita soal kasih tak sampai, atau cinta segitiga, atau tentang perjuangan seorang perantau. Tapi kenapa para penerbit itu masih juga tertarik untuk mencetaknya? Itu karena tiap naskah memiliki cara memasak yang berbeda, mungkin juga racikan bumbu yang berbeda, sehingga menghasilkan rasa yang berbeda ketika dinikmati. Di narasi inilah kalian bisa membeberkan bumbu rahasia kalian. Kalo kalian nggak bisa menunjukkan kelebihan naskah kalian dibanding yang lain, reviewer bakal menganggap naskah kalian pasaran. Atau yang paling parah, bakal dianggap naskah hasil nyontek. Kalau reviewer-nya lagi baik hati, kemungkinan naskah kalian akan masuk daftar antrian untuk dibaca, berharap bahwa sebenarnya naskah kalian unik cuma kalian nggak tau how to sell it.

Kelima, kalimat penutup. Kalo ada pembuka, pastikan pula ada penutup. Di bagian ini, plisss, be a humble person as far as you can do. Sebab, kalianlah yang sangat berharap naskah kalian diterbitkan. Tapi, ungkapkanlah dengan cara yang elegan (tsaahhh…)

Contoh: Besar harapan saya, naskah tersebut dapat diterbitkan oleh Jentera Pustaka. Terima kasih.

Contoh-contoh di atas bukan merupakan harga mati. Kalian bisa memodifikasinya sesuai kebutuhan tanpa mengurangi kerendahan hati kalian. Sebab, terkadang, basa-basi pada surel bisa membuat naskah kalian dilirik, atau tidak sama sekali dan langsung masuk tempat sampah. Yang digituin sih biasanya yang suka ngirim naskah tanpa menyertakan surat pengantar dokter hihihi…

So, selamat mencoba :)))

@sekarmayz

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline