Lihat ke Halaman Asli

Anak Semata Wayang

Diperbarui: 10 Juni 2024   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Anak Semata Wayang"
@Cerpen
"Eh, Sita, kamu sudah datang," sahut Nia. Dia sudah menyandang tas sekolah yang sudah kusam.
Berbeda dengan Sita, tasnya bagus.
Namun, Nia tidak pernah merasa minder karena dia sadar akan keadaan orang tuanya. Mau nuntut juga tidak akan bisa. Nia sangat menghormati dan menyayangi ibunya.

"Ayo, Sit kita berangkat,"ajaknya setelah bersalaman dengan ibunya.
Sita dan Nia satu kelas. Dari SD mereka selalu sama.


Sinar mentari yang merekah mengiringi perjalanan mereka menuju sekolah.
Tidak lama lagi mereka akan menghadapi ujian akhir kelas 3 SMP.

"Nia, semoga kita bisa ya satu kelas di SMA nanti," tanya Sita.
Nia bergeming, dia tidak bisa menjawab pertanyaan sahabatnya itu.

"Nia, kok kamu diam saja," tegur Sita membuyarkan lamunan Nia.

"Eh, ya Sit semoga bisa," balasnya lirih. Nia tidak ingin sahabatnya kecewa.

Perjalanan dari rumah ke sekolah memakan waktu 10 menit.
Sangkin asyiknya berbincang ternyata mereka sudah sampai. Teman-teman mereka sudah banyak yang sampai lebih awal.

"Selamat pagi teman-teman,"  sapa Nia sembari melangkah menghampiri meja.

Dilepaskan tasnya lalu disimpan ke laci bangkunya
Riuh terdengar di kelasnya, Danu yang kegantengan tetiba menghampiri Nia.

"Hai, Nia cantik kamu sudah datang!"

"Huuu, "sorak anak-anak serentak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline