Lihat ke Halaman Asli

Anak Semata Wayang

Diperbarui: 7 Juni 2024   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Anak Semata Wayang"

@Cerpen

"Bu, ibu, Nia bisa tidak melanjutkan sekolah ke SMA," tanya Nia kepada ibunya yang sedang merebahkan raganya di kursi yang sudah kusam.
Tari belum menjawab pertanyaan anaknya, dia berfikir akan biaya untuk masuk SMA. Tentu tidak memakan biaya yang sedikit. Tari harus membanting tulang untuk mengumpulkan biaya sekolah, sedangkan kebutuhan sehari-hari saja hanya pas-pasan.

"Maaf bu kalau Nia sudah membuat ibu sedih, Nia tahu kok keadaan kita," ucapnya sembari mengusap-usap punggung tangan ibunya.
Tari tersentak dari lamunannya.

"Nak, ibu akan beruusaha supaya kamu tetap bisa sekolah!"

"Ibu jangan memaksakan bu, Nia akan membantu ibu bekerja menggosok pakaian Ibu Marni,"ungkap Nia menghibur hati ibunya.

"Jangan Nak, biar ibu yang bekerja kejarlah impianmu!"

"Baiklah bu, Nia akan bersungguh-sungguh belajar terimakasih bu!"

Nia melangkah ke dapur ingin membersihkan piring yang kotor.
Nia anak semata wayang ibu Tari. Ayah Nia sudah lama meninggalkan mereka saat Nia masih duduk di bangku SMP kelas 1.
 
Nurman ayah Nia mengalami kecelakaan tabrak lari. Keadaannya kritis dan tak tertolong.

Ibu Tari berjuang seorang diri dengan mencuci gosok di rumah bu Marni. Walau kaya bu Marni sangat baik, dia ramah kepada semua orang. Sering dia memberi gaji lebih kepada Bu Tari.
Nia anak penurut, ia selalu membantu pekerjaan ibunya di rumah.

"Bu, Nia sudah buatkan teh hangat di meja, minum ya bu," tawar Nia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline