Lihat ke Halaman Asli

Bertepuk Sebelah Tangan

Diperbarui: 27 September 2023   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

*Nulis Bareng*
Bertepuk Sebelah Tangan
@Cerpen

#Tagur-166

Oleh: Seir Haidah Hasibuan

Malam itu bulan sabit dihiasi temaram bintang. Kuhirup bayu yang menyapa lalu kubuang perlahan.

"Mana janjimu Mas? sudah lebih tiga purnama kau tak kunjung menemuiku. Apakah kau lupa atau memang sengaja mempermainkanku?"

Kurapikan rambutku yang terhempas bayu. Aku beranjak dari beranda muka melangkah ke kamarku. Kuhempaskan ragaku di pembaringan. Kutatap hampa langit-langit kamarku.

Awal kita bertemu kuyakin engkau menyukaiku. Hatiku berbunga-bunga, anganku melambung menari-nari di angkasa bagai peri. Namun, semua itu telah sirna bagai asap tertiup angin.

Suatu hari aku bersama teman pergi ke taman bunga, langkahku terhenti saat kulihat engkau duduk berdua dengan seorang wanita. Sepertinya aku kenal dengan wanita yang duduk bersamamu. Kalian begitu akrab penuh tawa dan canda. Jemarimu lembut membelai rambutnya yang terurai. Ternyata wanita itu adalah sahabat karibku.
Kuraih tangan temanku yang bernama Ria.
Tanpa berucap aku berbalik arah.

"Loh, baru saja kita sampai sudah pulang. Ada apa denganmu? tanya Ria sembari mengerutkan keningnya.

Aku hanya bergeming langkahku kupercepat. Dadaku sesak hatiku bagai tertusuk belati. Sakit, sakit sekali. Takku sangka engkau hanya berpura-pura menyayangiku.

Sejak saat itu aku tidak lagi berharap akan kehadiranmu. Engkau memilih sahabat karibku. Aku terlalu percaya akan janji manis yang pernah kau ucapkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline