Lihat ke Halaman Asli

Menyebrangi Lautan Dengan Ferry

Diperbarui: 7 Juli 2023   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

@Cerpen

Menyebrangi Lautan Dengan Ferry

Tangan Bu Lia mendarat di kening Lory, ingin memastikan tubuh Lory masih demam atau sudah berkurang.

"Masih ada hangatnya. Batuk flunya juga masih parah," bisiknya samar.

"Wah, ternyata harisudah siang pantas saja cacing diperut sudah berkeroncong, " ucap Pak Hery.

Bu Lia meraih piring dan menyendok nasi dan memberi lauk lalu menyodorkannya kepada Hery suaminya.

  "Nih, Pa, kita makan dulu," ajaknya sembari melengkungkan bibirnya.

Dengan penuh ucap syukur mereka pun menyantap makan siangnya.

Usai makan Bu Lia membangunkan Lory untuk minum obat demam dan batuk. Lory tidak pernah menolak minum obat saat dia sakit. Berbeda dengan adiknya Osal. Selalu histeris bila minum obat.

Perjalanan ke Merak lebih kurang 1, 5 jam lagi.

"Semoga tidak macet ya Pa, masuk ke kapal Ferry," kata Lia kepada Hery.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline