Penantian di Ujung Rindu-19
@Cerpen
Hujan dan Angin Kencang
"Ma, doain kami ya, masih terjebak macet. Hujan dan angin sangat kencang Ma," balas Bu Lia sedih.
"Kami terus bawa doa sayang semoga macetnya tidak lama dan hujannya redah," ungkap Nenek menghibur anak dan menantunya.
Nenek pun menutup telepon genggamnya.
Malam semakin merangkak, Nenek melayangkan netranya ke arah jendela kaca, ternyata di luar hujan sangat deras disertai angin. Pohon terlihat meliuk-liuk tertiup angin.
"Ternyata hujannya merata, dari jendela hembusan angin jencang masuk ke rumah.
"Aduh, dinginnya sampai menusuk tulangku," ucap nenek sembari melangkah meraih baju hangat.
Nenek yang sudah menjelang lansia tidak kuat lagi menahan dinginnya angin yang menerpa. Nenek melangkah menuju kamar, ingin melihat cucunya, memastikan sudah tidur atau masih bermain bersama tante Nita.
Pintu dibuka perlahan kemudian melihat ke dalam, ternyata cucunya sudah terlelap. Lory tidak kuat menahan kantuknya yang ingin menunggu kedatangan Papa dan Mamanya.