Penantian di ujung Rindu-11
Rindu Yang Membuncah
"Oh, sudah dekat!" maaf kalau mama dan bapak belum di rumah jangan sedih ya, di sini macet sekali!" sambung mama Lia.
Detik-detik bertemu dengan cucunya, rindu yang membuncah tak bisa dibendung lagi.
"Ah, macet lagi padahal sudah masuk jalan tol masih juga macet," keluh Nenek Lory.
Beberapa menit kemudian jalanan mulai lancar. Ternyata di bahu jalan ada truk yang mogok. Di depannya juga mobil sedan yang ternyata baru tabrakan. Pantasan saja macet. Bagian depan mobil sedan terlihat penyot. Ada tiga orang polisi yang menangani sedan yang tabrakan tersebut. Pak Sopir dengan hati-hati melewati kejadian di jalan tol. Tampak seorang laki-laki setengah baya berbaring di aspal dan terluka parah.
Polisi dan beberapa orang lainnya juga bekerumun di sana. Tetiba sirene ambulan terdengar dari kejauhan dan semakin mendekat. Bu Lia tidak berani menoleh ke luar. Rasa takut bertengger di hatinya.
"Kasihan seksli orang itu, pasti keluarganya menangis," kata Bu Lia lirih.
"Semoga keluarganya tabah menghadapinya," sambung Pak Hery
Ternyata kecelakaan itu penyebab macetnya jalan tol. Pak Hery kini dapat melajukan kendaraanya lebih cepat dari sebelumnya. Jalanan sudah mulai lancar. Kedua anak Bu Lia masih tertidur pulas, mereka tidak pengaruh dengan macatnya jalan tol. Mobil Ambulan gegas memasukan lelaki yang terkapar ke dalam Ambulan lalu membawanya dengan kecepatan tinggi disertai sirine yang berbunyi tiada henti. Pak Hery meminggir dan memberi lewat Ambulan tersebut. Tetiba Osal terjaga dari tidur lelapnya.
"Ma, bunyi apa itu?" tanyanya heran.