Lihat ke Halaman Asli

Penantian di Ujung Rindu-8

Diperbarui: 22 Mei 2023   23:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Seir HaidahHasibuan

@Cerbung

Penantian di ujung Rindu-8

Penyebab Terjadinya Macet

"Wah, masih pagi jalanan sudah macet," imbuh Bu Lia cemas. Sementara Lory dan adiknya Osal asyik bermain di belakang sesekali terdengar nyanyian dan tawa mereka tidak menghiraukan kemacetan itu.

"Selamat tinggal Kota Palembang, semoga kita bisa beremu kelak," ungkap Bu Lia sambil memperbaiki duduknya. 10 km telah mereka lalui, tetiba ada kerumunan di depan mereka.

"Aduh ada kejadian apa ya Pa?" aku jadi takut. Moga-moga tidak terjadi sesuatu.

Seorang lelaki tergeletak lemah tak berdaya. Penutup tubuhnya benuh lumuran darah. Menurut saksi mata dia korban tabrak lari. "Kasihan sekali si Bapak itu, keluarganya tidak ada yang tahu. Tisak berapa lama terdengar suara sirene ambulan ditemani beberapa orang polisi.

Polisi segera menggaris sekeliling korban dengan kapur. Tidak diizinkan orang lain menyentuh tubuh lelaki yang terbaring lemah.

Usai polisi menggaris sekeliling korban, petugas rumah sakit membopong korban ke dalam mobil Ambulan. Ambulan pun melaju dengan sirenenya yang kencang meninggalkan lokasi kejadian. Kemacetan berangsur-angsur berkurang. Pak Reyhan melajukan kembali mobilnya.

"Ih, ngeri sekali laki-laki itu darahnya berceceran di jalanan, aku tidak berani melihatnya," ujar Bu Lia sambil mengeliatkan tubuhnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline