Lihat ke Halaman Asli

Sehril Asidiq

Mahasiswa Pendidikan Matematika

Kecemasan Siswa dalam Pembelajaran Matematika dan Cara Mengatasinya

Diperbarui: 3 Juli 2023   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kecemasan matematika adalah masalah yang umum di kalangan siswa di banyak tingkat pendidikan. Menurut PISA beberapa siswa di berbagai negara mengalami kecemasan terhadap matematika. 

Setiap siswa pasti mengalami kecemasan ketika mengikuti kegiatan pembelajaran (Nofrialdi, dkk., 2018). Kecemasan adalah suatu keadaan yang dialami oleh individu yang berkaitan dengan mental dimana mereka mengalami kegelisahan dan ketidakmampuan dalam menghadapi  masalah dengan baik (Diana, dkk., 2020). 

Kecemasan yang dialami siswa selama kegiatan pembelajaran matematika ini disebut dengan kecemasan matematika (Meriyati, dkk., 2018). Keadaan dimana siswa merasakan ketakutan  dalam mengikuti pelajaran matematika atau bahkan menghindari segala aktivitas yang berkaitan dengan matematika (Anggoro, dkk., 2019). Kecemasan  ini dapat mempengaruhi  pemahaman, minat, dan prestasi siswa dalam pembelajaran matematika.

Kecemasan terhadap matematika ini dapat muncul dalam diri siswa melalui beberapa faktor, baik itu faktor dalam diri siswa itu sendiri maupun faktor dari lingkungan/sosialnya. 

Pada faktor dalam diri, kecemasan siswa terhadap matematika dapat muncul ketika siswa merasa tidak percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya dan juga kurangnya motivasi dalam diri siswa yang dipengaruhi oleh pengalaman buruk yang dialaminya sehingga menimbulkan traumatik terhadap pelajaran matematika (Anita, 2014). Untuk mengatasinya siswa harus bisa melupakan kesalahan yang dilakukan sebelumnya dalam mengerjakan ujian matematika dan yakin dengan kemampuannya ia dapat memperbaikinya pada soal selanjutnya. (Nofrialdi, dkk., 2018).

Selanjutnya pada faktor lingkungan atau sosialnya, kecemasan siswa terhadap matematika dapat disebabkan oleh orang tua siswa, pendidik, dan bahkan sistem pendidikan. 

Orang tua siswa seringkali memaksakan anaknya untuk bisa mendapatkan nilai matematika yang tinggi. Hal itu dapat menyembabkan siswa merasa tertekan dalam mengikuti pembelajaran matematika. Guru juga seringkali memberikan tugas yang terlalu banyak, selain itu perlakuan guru juga terkadang tidak memperhatikan keadaan siswa sehingga dapat memunculkan rasa cemas dalam diri siswa. 

Target kurikulum yang terlalu tidak sesuai dengan kemampuan siswa dan suasana pembelajaran yang tidak mendukung juga dapat membuat siswa merasa cemas.  Untuk mengatasinya, orang tua siswa harus dapat memunculkan rasa percaya diri anaknya (Istikomah & Wahyuni, 2018), guru harus menciptakan suasana pembelajaran di kelas yang menyenangnkan (Bicer, dkk., 2020), dan teman sekelas yang memiliki kemampuan matematika yang lebih harus dapat membantu siswa yang kurang paham (Gerba, dkk., 2020). Hal itu dapat mengurangi kecemasan siswa terhadap matematika.

Referensi

Anggoro, B. S., Agustina, S., Komala, R., Komarudin, Jermsittiparsert, K., & Widyastuti. (2019). An analysis of stundent's learning style, mathematical disposition, and mathematical anxiety toward metacognitive reconstruction in mathematics learning process. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 10(2), 187-200.

Anita, I. W. (2014). Pengaruh kecemasan matematika (mathematics anxiety) terhadap kemampuan koneksi matematis siswa SMP. Infinity Journal, 3(1), 125132. https://doi.org/10.22460/infinity.v3i1. 43

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline