Lihat ke Halaman Asli

Jurus Pamungkas!

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_112907" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi. klik di gambar untuk melihat sumber foto"][/caption] Kakek saya (alm) adalah seorang imam masjid. Saat saya beranjak remaja, beliu sudah sangat tua, mungkin 80-an tahun. Namun dalam usia demikian, seperti halnya kebanyakan orang desa- beliau masih aktif di desa, sebagai imam masjid. Sesekali beliau masih pergi ke kebun, meskipun tidak mencangkul lagi, hanya melihat-lihat tanaman atau memetib buah. Beliau meninggal dunia ketika saya masih duduk di sekolah menengah pertama. Sebagai Imam desa, saya dengar beliau memiliki banyak ilmu. Di rumah memang beliau memiliki koleksi buku berbahasa Arab yang sangat banyak. Bahkan sampai usia tua beliau tidak rabun dan masih terbiasa membaca meskipun ditemani lampu teplok (karena waktu itu belum masuk listrik ke desa). Namun bukan ilmu ini yang saya maksud. Kata orang-orang di desa, beliau punya ilmu silat tingkat tinggi: silat harimau. Beliau satu-satunya orang yang punya jurus pamungkas karena pernah belajar sampai langkah tujuh. Beberapa pesilat lain di kampung hanya belajar sampai langkah lima. Kebanyakan cuma langkah tiga. Jadi, kata orang kampung, beliau adalah guru silat sejati, suhu, mungkin begitu bahasa kita sekarang. Nah, mendengar kabar ini, saya yang masih beranjak remaja tertarik mau belajar ilmu silat. Apalagi waktu itu saya sering membaca serial buku silat Saur Sepuh dan Dewa Arak yang teramat terkenal saat itu. Tambahan lagi saya sering menerima ejekan teman-teman di sekolah karena tidak mampu melawan kalau diusilin. Bahkan terkadang saya memilih menghindar daripada bertengkar. Saya membayangkan, kalau punya ilmu silat, saya bisa menghajar mereka sampai kapok. Karena itu saya mendekati kakek dan mengutarakan maksud saya. Saya katakan kalau saya mau belajar silat, bahkan kalau bisa sampai tamat. Saya mau menjadi muridnya. Mungkin bukan murid terbaik, namun saya yakin bisa menjadi murid pilihannya. Saya belajar cara-cara menyampaikan maksud belajar slat di buku serial dunia persilatan yang saya baca. Saya benar-benar mengatakan dengan sangat serius bahwa saya mau belajar silat, alasan belajar, dan kemana saya akan menggunakan ilmu yang akan saya pelajari. Mendengar permohonan cucunya, kakek tersenyum saja sambil mengusap kepala saya. Katanya saya harus tidur bersamanya mulai nanti malam. Mendengar "syarat" ini saya kembali teringat buku-buku persilatan. Guru-guru silat selalu menawarkan syarat yang "aneh" untuk mengajarkan muridnya. Saya juga berfikir kalau itu adalah sebuah syarat yang beliau ajukan. Maknya, tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan. Sejak malam itu saya tidur dengan kakek. Seperti biasa, beliau mendongeng dan menceritakan kisah para nabi dan kisah teladan lainnya sebelum tidur. Sebagainnya saya dengar, tapi yang lebih banyak hanya mendengar kalimat pertama: "Zaman dahulu kala... ada seorang...." lalu saya terlarut dalam mimpi. Setelah beberapa minggu, saya bertanya kepada kakek, kapan ia akan mengajari saya silat. Sebab sudah hampir dua minggu saya memenuhi syarat yang ia ajukan namun saya belum melihat ada tanda-tanda ia akan mengajarkan silat. Saya kadang kesal juga sebab selama memenuhi syarat itu saya menjadi sangat "disiplin." Shalat tepat waktu, bangun sebelum azan subuh, baca doa sebelum makan dan sebelum aktifitas yang lain. Tidak beranjak dari sajadah sebelum berzikir, dan banyak aturan lain. Sesekali ia menceritakan sebuah kisah teladan yang pernah terjadi dalam sejarah dan saya disuruh mengulang cerita itu. Ia mengoreksi di mana ada hal penting yang saya lewatkan. Namun demikian meskipun beberapa kali saya tanya kapan akan mengajarkan silat, tetap saja tidak terlihat akan mengajarkannya. Samai satu hari, saat sedang duduk sore hari di bawah pohon mangga besar di depan rumah, beliau mengatakan. Saya tidak ingat persis ungkapannya, namun isinya kira-kra begini: Silat itu adalah cara kita mempertahankan diri dari serangan orang. Coba jawab kenapa kita diserang sama orang? banyak alasan, namun yang paling banyak karena ia tidak suka dengan sikap kita, kelakuan kita menyakitinya, berlaku zalim dan kasar, tidak sopan. Nah, Jurus pamungas untuk melawan serangan itu hanya satu: Perbaiki akhlakmu! kamu akan disegani, ditakuti, baik oleh teman ataupun lawan.Itulah Jurus pamungkas dalam kehidupan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline