Lihat ke Halaman Asli

Semangat Usaha Para Manula

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

[caption id="attachment_298575" align="alignleft" width="225" caption="Jualan Kopi"][/caption] Usia sama sekali tidak mengahalangi usaha. Manusia yang sebenarnya sudah harus berada di rumah, bermain bersama cucu, beribadah dan berdoa, justru duduk bekerja di pasar, di keramaian manusia. Kulit yang kendur, mata yang kabur, gigi yang mulai gugur sama sekali tidak menyurutkan mereka untuk mendapatkan sedikit rezeki dari apa yang mereka usahakan. Begitulah yang terlihat di Pasar Kranggan Kota Yogyakarta. Salah satu pasar tradisional yang terletak di jantung kota Yogyakarta. hanya 100 M dari Tugu yang menandai posat kota Yogyakarta. Apa yang dapat mereka lakukan dalam usia tersebut? tenryata tidak ada bedanya dengan apa yang dilakukan oleh orang lain. Bukan hanya berjualan barang-barang kecil dan satu jenis yang "mudah" di peroleh, para manula ini juga membuka kedai sembako, sayur mayur, bahkan kios garabah. Di tengah-tengah barang dagangan itulah manusia ini duduk menunggui pelanggannya. Setiap pelanggan datang tidak luma diberikan sebuah sapaan ramah dengan bahasa Jawa kental. "Monggo...." Saya tidak melihta pada tubuh tua itu ada stamina plus berkat dukungan suplemen dan obat-obatan kimiawi yang banyak diikalankan di televisi. Tidak juga jampi-jampi dari dukun yang membaut mereka [caption id="attachment_298580" align="alignleft" width="225" caption="Jualan Cabe"][/caption] tubuh ringkih bertahan. Satu-satunya yang menjadikan tulangnya seperti baja adalah semangat dan kehormatan. Betapa banyak orang yang tubuhnya kuat, masih muda, masih ektif, namun merasa sangat tua, merasa lemah dan tidak berdaya. Lalu dengan alasan itu mereka duduk dipersimpangan jalan dengan menengadahkan tangan meminta belas kasihan. Betapa banyak pula yang masih muda dan kekar, namun hanya duduk di pos ronda, warung kopi, cafe-cafe untuk melenakan diri dan memanjakan diri. Lalu, ketika mereka membutuhkan uang, memalak orang-orang lemah tidak berdaya. Melihat tubuh renta yang lemah itu berada di tengah kerumunan barang memabuat saya dan mungkin kita semua harus malu. Mereka yang sudah demikian tua masih memiliki semangat dan keinginan menghidupi diri dengan berusaha sendiri, mendapatkan rezeki dengan jalan benar dan halal. Sebab mereka sangat sadar akan fananya kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline