Lihat ke Halaman Asli

Gosiper; Apa yang Kau Cari?

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_161660" align="alignleft" width="300" caption="Menbar Gosip"][/caption]

Ada yang menyedihkan dari Tulisan terpopuler minggu ini, terpopuler, terbanyak tertinggi di halaman depan Kompasiana. Lebih setengah diisi dengan gosip mengenai Luna Maya, Ariel, dan yang terbaru Cut Tari. Beberapa kompasianer yang menulis mengenia berita ini berusaha merebut perhatian pembaca dengan judul yang bombastis dan semenarik mungkin. Dan usaha itu memang tidak sia-sia. Dengan masuk sebagai tulisan terpopuler di halaman depan jelas menunjukkan tulisan tersebut dibaca banyak orang.

Lantas, apa yang  dicari dengan menebar tulisan gosip tersebut? Itulah yang menjadi pertanyaan bagi saya, setidaknya sampai tulisan ini saya buat.

Saya sedikit heran dengan para penulis (maaf lho, lebih baik jujur saja kan?) mengenai gosip ini. Pelajaran apa yang hendak disampaikan melalui tulisannya? Teladan apa yang hendak diajarkan? pengetahuan yang bagaimana yang mau dicurahkan dari berita yang sama sekali tidak jelas itu? Sangat memingungkan. Sangat sulit memahami ada orang yang menikmati dan merasa senang dengan memberitakan aib dan cela orang lain. Apalagi dengan menaruh foto dan penjelasan detail yang lebih banyak spekulasinya.

Tapi ini terjadi. Sejak muncul beberapa hari yang lalu, tulisan gosip mengenai hubungan anak manusia ini menjadi sangat menarik. Menarik untuk ditulis, dan banyak pula yang membacanya. Sama saja, penulis dan pembaca sama-sama merasakan adanya kesenangan yang diperoleh dari perilaku ini.

Saya membayangkan betapa mereka yang menjadi korban pemberitaan dan tulisan  tersebut, baik mereka benar-benar melakukan atau tidak, mereka akan sangat terpukul dan sakit hati. Bukan hanya dia, keluarga besarnya, sanah famili. pasti akan merasa tidak nyaman dengan semua ini. Mereka pasti merasa malu karena ada bagian dari keluarganya yang diberitakan demikian.

[caption id="attachment_162263" align="alignleft" width="300" caption="Tervavorit di Kompasiana per 9 Juni 2010"][/caption]

Kalau memang mereka melakukan, apa untungnya bagi kita mewartakan? Apa untungnya bagi kita menyebarluaskan? Apakah kita telah lebih baik dari mereka? Apakah kita lebih suci dari mereka? Pasti tidak. Semua kita akan mengakui sebagai manusia tidak ada yang bebas dari cela. Namun memberitakan berlebihan mengenai aib yang dilakukan orang, tidak kalau buruknya dengan keburukan yang diberitakan tersebut.

Kalau kita kembali pada beberapa petunjuk agama mengani gosip ini, maka jelas, ini sebuah perilaku tercela. Dalam kitab suci dan ungkapan para nabi banyak diungkapkan, betapa memberitakan aib orang sebuah kesalahan yang luar biasa. Dalam al-Qur'an misalnya, hal ini diumpamakan dengan memakan "daging saudara kita yang sudah mati". Demikian buruknya gosip. Apakah kita tidak jijik? Entahlah, mungkin kita harus benar-benar mencoba memakan daging itu sebelum mulai menggosip.

Mari kita bercermin. --- PS. Sebuah renungan keprihatinan dan cermin buat diri sendiri yang tidak mampu lepas dari gosip. baik menggosip atau mendengarkannya. Semoga kita berusaha membebaskan diri darinya. Sekarang mereka, bagaimana kalau nanti menimpa kita dan diberitakan begitu gencar oleh media?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline