Lihat ke Halaman Asli

Pantai Pasir Putih Yang Eksotis

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_83347" align="alignleft" width="300" caption="Pantai Pasir Putih Krueng Raya Aceh Besar 1"][/caption] Ini cerita perjalanan akhir Minggu. Kali ini saya mencoba jalan-jelan ke salah satu pantai wisata di Aceh Besar, Pasir Putih. Pantai ini terletak sekitar 30 km dari Kota Banda Aceh. Hanya perlu waktu 40 menit menuju ke sana. Jalan yang bagus dan luas menjadikan perjalanan sangat lancar. Hanya perlu sdikit hati-hati karena ada beberapa anak muda yang belum sadar betapa berharganya hidup suka kebut-kebutan. Sepanjang jalan perjalanan ke sana disuguhi pemandangan pantai dan perumahan masyarakat. Untuk menuju ke sana, kita juga melewati beberapa pantai lain yang banyak dikunjung warga, seperti Ujong Batee dan Ladong (mungkin suatu saat akan saya ceritakan). [caption id="attachment_83358" align="alignright" width="200" caption="Pantai Pasir Putih Krueng raya Aceh Besar 2"][/caption] Sesampai di pelabuhan Krueng Raya, ada beberapa tanjakan terjal perbukitan. Bukit ini dinamakan dengan Bukit Sueharto. Saya tidak tahu persis kenapa dinamakan demikian. Setelah mendaki tanjakan pertama, di sebelah kanan ada jalan masuk. Di ujung jalan ada sebuah benteng peninggalan masa lalu yag dikenal dengan Benteng Inong Balee. Benteng ini terbuat dari batu yang disusun tinggi dan menghadap lautan. Konon, dulunya dipakai oleh Laksanaman Malahayati untuk mempertahankan Kerajaan Aceh Darussalam dari serangan bangsa asing. "Inong Belee" berarti perempuan janda.  Menurut sebuah cerita, Laksamana Malahayati (seorang perempuan dan janda) memimpin sebuah pasukan tempur yang terdiri dari perempuan janda dalam kerjaan Aceh Darussalam. Inilah yang menyebabkan benteng ini disebut benteng Inong Balee. Dari puncak bukit ini juga kita dapat saksikan hiruk pikuk pelabukan Krueng Raya. Lanjutkan perjalanan beberapa menit. Untuk sampai ke Pasir Putih anda perlu masuk ke sebelah kiri sekitar 500 meter dan membayar tiket Rp. 4000,-. Ujung jalan akan langsung berbatasan dengan lautan Samuera Hindia yang maha luas. Seperti namanya, pasir di pantai ini memang putih adanya. Pepohonan tumbuh di pinggir pantai. Di ujung sebelah Barat banyak pohon tumbuh di dalam lautan. Ini mejadi pemandangan yang sangat indah. Beberapa orang duduk di atas pohon sambil memancing. Saya tidak tahu ikan apa yang banyak di sini. Namun dari salah seorang yang saya lihat mendapatkan ikan, ada seekor ikan warna warni khas ikan laut yang biasa dimasukkan dalam aquarium. [caption id="attachment_83353" align="alignleft" width="200" caption="Pantai Pasir Putih Krueng Raya Aceh Besar 3"][/caption] Menyenangkan bermain di pinggir pantai. Pasir yang lebut dan gelombang yang kecil menjadikan pantai ini sangat aman bagi anak-anak untuk mandi. Hanya saja perlu sedikit hati-hati karena di beberapa bagian ada karang batu yang tajam dan bisa melukai. Untuk mandi sangat aman mengunjungi sebelah Timur. Di sana lebih aman dari batu karang. Ada juga masyarakat yang menyediakan ban mobil yang bisa dipakai untuk pelampung. Hanya saja, di bagian timur sangat sedikit pepohonan sehingga terasa sangat panas dan susah mencari tempat berteduh dari sengatan matahari. Sayangnya, hampir di sepanjang pantai banyak warga sekitar yang membuat gubuk-gubuk untuk berjualan. Kebanyakan mereka membuang sampah dagangan; kelapa muda, botol, plastik, kertas bungkusan, di lautan. Dan pasti saja lautan tidak menerima kotoran itu lalu mengembalikannya ke pantai. Sampah-sampah ini menjadikan pasir yang putih dan indah menjadi tertutup dengan sampah. Apalagi banyak masyarakat yang melepaskan sapinya di sana, sehingga di berbagai tempat ditemui banyak kotoran sapi. Ini menjadikan pandangan tidak nyaman. [caption id="attachment_83360" align="alignright" width="300" caption="Pantai Pasir Putih Krueng Raya Aceh Besar 4"][/caption] Yang juga sedikit kurang menyenangkan adalah, gubuk jualan warga terlalu banyak. Kita hampir tidak punya tempat selain punya mereka. Padahal jika kita membawa keluarga, semua perbekalan makanan sudah tersedia. Namun kita tidak tahu harus menggelar tikar di mana, membakar ikan di mana, makan di mana kecuali di gubuk yang sudah disediakan warga. Dan ini tentu perlu biaya tambahan. Hanya ada beberapa lokasi di bagian Barat yang bisa dipakai untuk itu. Namun perlu tanaga ekstra karena tidak ada jalan yang bisa dilalui oleh kenderaan. Tapi, bagaimanapun, pemandangan lautnya, pohonnya, pasirnya yang lembut, tetap menjadikan kunjungan ini menyenangkan. Apalagi pergi dengan orang-orang yang kita cintai. Saya sarankan anda (khususnya yang ada di Banda Aceh), untuk mencoba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline